Sumber |
Aku mencoba mencuri-curi pandang, berharap ia memandangi ku juga. Aneh semakin ku lihat aku mendapati bahwa dirinya begitu anggun. Meski hati ini berdegup aku tidak ingin terburu-buru bahwa ini adalah getaran cinta. Aku coba menarik nafas untuk mengendalikan emosi ku. Setelah hati ini mulai sedikit tenang, aku beranikan melangkah melewati dirinya. Aku pun menaiki kereta digerbong bagian tengah. Kereta pun mulai melaju, dari jendela kereta aku masih melihat ia menunggu dan duduk disana.
Sepanjang perjalanan masih terbayang dirinya yang sedang duduk dengan anggunnya. Dan aku masih terbayang wajah manisnya saat aku melewati dirinya. Aku berharap suatu saat nanti ia mau berkenalan dengan ku, dan menjadi teman ku. Dengan penuh harap aku ingin bertemu dirinya esok hari. Aku mantapkan diriku, agar esok bisa berani berkenalan dengannya.
Hari ini pun tiba, matahari sudah mulai tergelincir pulang ke barat. Waktu sudah mulai sore, dengan penuh harap aku bergegas pergi ke stasiun ingin bertemu dengan gadis penunggu kereta itu. Namun sayang, setiba ku di sana aku tidak bertemu dengannya. Kesal diriku, apakah aku telat. Seolah rasa lelah ku sehabis berlari ke stasiun tidak terbayar karena tidak bertemu dengannya, gadis penunggu kereta.
Rasanya aku ingin pulang saja naik kendaraan lain, tapi sayang aku sudah membeli tiket kereta ini. Aku pun akhirnya duduk di bangku yang kemarin gadis itu duduki. Sambil menunggu kereta, aku terlamun terbayang wajahnya. Sudah 30 menit aku menunggu, akhinya kereta pun tiba. Seberhentinya kereta itu di depan ku, aku melihat dirinya, gadis penunggu kereta. Aku melihatnya dari jendela kereta, sepertinya ia ingin turun. Iya benar, gadis itu turun dari kereta bersama dengan seorang temannya. Setelah ia turun ia bersama temannya duduk tepat di samping ku. Lagi kali kedua aku bergetar, hatiku berdegup. Ia dengan temannya sedang berbicara dengan manisnya, sepertinya mereka berdua masih menunggu seorang temannya.
Aku menghela nafas sedikit, berharap mendapatkan energi untuk berkenalan dengannya. Akhirnya aku beranikan diri untuk menyapanya lebih awal.
"Hai...boleh kenalan, aku Ari..." sapa ku padanya.
"Oh.. yah.., aku Rini" sapa dirinya lalu tersenyum dengan ku.
Mulai dari sapaan itu, aku, dia, dan temannya Puji, mulai banyak bercerita. Seolah kita sudah kenal lama. Aku merasakan kenyamanan saat berbicara dengannya. Wajahnya, senyumnya, tawanya, harum dirinya terekam jelas dalam ingatan ku. Untuk saat ini aku ingin mengenal dirinya lebih jauh. Mulai sejak itu aku bisa berkomunikasi dengannya lewat telepon dan media sosial. Dan terkadang jika bertemu di stasiun kami saling menyapa, atau makan bersama di dekat stasiun.
ceritanya bagus kak,pilihan katanya juga keren :)
BalasHapusah.. makasih... parah... ini masih belajar koq...
Hapus