Minggu, 31 Mei 2015

Untukmu, Kekasihku

Teruntuk Skripsiku,

Halo skripsiku, apa kabarmu? Hahaha... ingin aku tertawa geli menanyakan kabar skripsiku sendiri. Seharusnya aku sudah tahu kabar dirimu, skripsiku. Biar lebih memudahkanku untuk mengetik namamu, aku panggil kamu Beb saja yah, skripsiku. Aku mengganti namamu agar diriku bisa lebih suka padamu dan terdengar lebih romantis, Beb.

Beb, kamu tahu ini minggu apa? Minggu ini adalah minggu aku telah menulis tiga surat di blogku. Surat pertama surat untuk WeBe, kedua untuk nona, dan yang ketiga adalah suratku untuk mu, Beb. Aku tidak ada maksud apapun menceritakan tentang menulis tiga surat tersebut. Aku hanya sedang mempromosikan postingan blogku kepada pembaca setiaku. Semoga kamu bisa mengerti, Beb. Sudah pasti bukan, aku menulis di blog untuk dibaca oleh pembaca. Bukan untuk dibaca oleh diriku sendiri. Iya aku memang sedang mencari komenters yang mau memberikan komentar atas tulisan-tulisanku. Dari komentar mereka aku bisa belajar. Belajar untuk memperbaiki tulisanku, belajar untuk terus konsisten menulis, dan belajar untuk membangun mentalku.

Kamu tahukan, beb. Aku sedang tersesat di dunia blogging. Meskipun tersesat, aku menikmatinya disetiap gerakku untuk mencari jalan keluar. Jalan keluar untuk segera menyelesaikanmu, beb. Memang aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan blogku, tapi aku rasa Insya Allah ini akan memberikan manfaat untuk diriku.

Terkadang memang aku mendapatkan pertanyaan sana sini dari teman-temanku. Pertanyaan yang terkadang selalu menjurus kepadamu. Seperti, kapan seminar? Kapan sidang? Kapan wisuda? Kapan lulus? Kapan kerja? Kapan nikah? Dan masih banyak kapan lainnya. Kamu tahu semua pertanyaan itu aku jawab dengan senyuman sambil berkata, Insya Allah secepatnya.

Beb, bukan maksudku melupakanmu. Aku masih ingat kamu kok. Hanya saja aku sedang mencari mood yang tepat. Mungkin menurutmu aku ini malas. Entahlah. Tapi kamu tahu sendiri bukan, aku masuk prodi ini tidak sesuai dengan passion-ku. Namun tidak bisa aku pungkiri, prodi ini benar-benar prodi yang luar biasa. Sudah empat tahun aku belajar di dalam prodi ini, aku sudah mulai suka dengan prodi ini. Saat aku menceritakan prodi ini dan menjelaskan prospek kerjanya. Banyak orang yang terhidayahkan akan ceritaku itu. Iya aku bodoh, menurutmu. Hanya saja, lagi-lagi ini bukan passion-ku, aku tidak terlalu tertarik untuk menjadi pengajar. Memang ada beberapa temanku yang berhasil menyelesaikanmu, meski ini bukan jalannya. Tidak denganku, mungkin aku memang belum memiliki mental pejuang. Aku lemah, menurutmu. Tidak juga.

Sudahlah, beb. Kamu tidak perlu marah padaku. Meski kamu iming-imingkan tiket wisuda, aku tetap saja masih tersesat di dunia blogging. Aku bukannya menolak tiket wisudamu, beb. Tentu dengan senang hati aku menerimanya. Karena aku sudah lelah dengan semester ini. Semester di mana aku telah ditinggal wisuda oleh teman-temanku. Tidak hanya teman kelasku, teman lintas prodi dan fakultas juga sudah pergi menuju garis finish. Wisuda.

Beb, sepertinya ini sudah cukup panjang. Aku pamit dulu yah. Minggu depan mau kah kamu pergi bersamaku, beb. Kita pergi ke perpustakaan. Hanya ada aku, kamu dan buku literatur. Aku lanjutkan untuk menyelesaikan dirimu. Sampai jumpa, beb. See.. you...

Salam semangat,



Pelajar Biasa. []

Surat Untuk Nona #5

Teruntuk Nona,

Nona, apa kabar? Sudah lama ya aku tidak menulis surat untukmu. Aku harap kamu tidak marah padaku. Bukanya aku melupakanmu atau sok sibuk, tapi memang seperti itu keadaanya. Nona kamu tahukan akhir-akhir ini aku lagi asyik dengan dunia blog. Melalui blog ini aku ikut gabung komunitas-komunitas blogger. Dan kamu tahu, dari komunitas tersebut aku bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru. Mereka adalah manusia-manusia hebat dan keren. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang sudah pandai berbisnis dengan blognya. Ada juga dari mereka yang seorang penulis dan calon penulis. Bahkan ada juga yang sudah menjadi editor di beberapa majalah dan buku ternama.

Kamu tahu di sekolahku kini sudah ada komunitas blogger. Aku jadi ingat saat pertama kumpul dengan salah satu anggota komunitas itu. Ia adalah seorang wanita yang sexy. Maaf nona, aku harap kamu tidak marah dan cemburu. Dia memang sexy, sebab dia pandai sekali merangkai kata. Dia telihat cerdas dengan tulisan-tulisanya. Aku ingin belajar darinya. Quote pertama yang aku ingat darinya adalah “kalau mau jadi blogger yang penting konsisten menulis saja, dan perhatikan juga EYD. EYD itu penting”. Kurang lebih seperti itu, aku rada-rada lupa, nona.

Wanita itu adalah kenalan baruku di dunia blogging. Aku merasa akrab dengannya, meski baru beberapa kali ngeblog bareng di sekolah. Dan yang lucunya tiap kali ngeblog bareng dia pasti kita diem-diem saja. Tahu-tahu udahan saja dan berpamitan pulang. Mungkin memang tabiat kita adalah seorang pendiam. Dan mungkin juga karena aku dan dia memang tidak cocok. Aku cocoknya hanya dengan kamu, nonaku. Tapi ini berbeda saat di grup Whatsapp. Di grup yang paling cukup ramai adalah aku dan dia. Aku yang selalu bawel membicarakan dirinya di gup, selalu buka-bukaan tentang dirinya. Tidak banyak sih yang aku tahu tentangnya, itu karena aku dan dia satu komunitas blogger juga di komunitas lainnya. Sampai akhirnya hari ini aku terlalu bocor, dan mengumbar urusan pribadinya.

Niatnya tadi hanya bercanda. Aku tidak tahu, apakah dia marah? Atau tidak? Yang jelas setelah perbuatanku, aku menyesal dan aku rasa itu benar-benar kelewatan. Aku malu. Nona, aku tahu, aku harus minta maaf. Aku sudah lakukan itu, awalnya aku coba telepon dia sekali, tapi tidak diangkat. Sudahlah.. Kamu tahukan, nona. Aku ini seorang yang paling keras kepala, menurutmu. Aku orang yang paling males untuk memohon maaf dan berterima kasih. Bahkan kepada nona, aku pun enggan mengatakan maaf dan terima kasih. Bukannya aku egois, tapi entah kenapa bibirku enggan mengucapkan itu. Tapi berbeda dengan hatiku, yang seakan menjerit dan mengemis untuk memohon maaf.

Aku jadi ingat saat pertama kali aku mengemis maaf kepada cinta moyetku. Aku telepon cinta monyetku, dan dalam percakapan aku menangis di kamar. Meminta maaf dan meminta dirinya untuk balikan lagi denganku. Saat itu aku sambil menangis dan aku kegep oleh keluargaku. Sudahlah aku malu mengingat-ingat itu. Nona kamu tahu, aku memang seorang yang bocor. Mungkin ini alasan Tuhan membuat diriku seperi “ini”, harusnya aku bisa mengambil hikmahnya. Aku “begini”, agar aku tidak bocor sana sini.

Aku kesal dengan diriku sendiri. Nona, aku yang baru saja mendapatkan kenalan baru kini sudah dicap hitam oleh dirinya. Mungkin itu memang perasaanku saja, tapi aku rasa tidak. Aku baru saja merusak hubunganku dan jalanku untuk belajar menjadi penulis. Padahal ini adalah kesempatanku untuk belajar darinya. Seharusnya aku menghormati guruku, tapi aku sudah kurang ajar dengan guruku.

Kini aku tidak sanggup membanyangkan jika bertemu dengan dirinya. Pasti aku akan kena marah abis-abisan darinya. Nona tolong aku, ajari aku untuk bisa merangkaikan kata-kata maaf untuk dirinya. Bagaimana aku harus minta maaf kepada guruku ini, nona? Aku juga ingin memohon maaf kepadamu, nona. Di suratku kali ini aku lebih banyak menceritakan wanita lain, bukan maksudku menduakanmu. Aku harap kamu paham dan mengerti aku. Minggu depan apa kita bisa bertemu? Aku ingin bercerita lebih panjang kepadamu, nona.

Salam maaf


Pelajar Biasa. []

Sabtu, 30 Mei 2015

Surat Tak Sampai

Teruntuk Kamu

Tepat tanggal 25 Mei adalah hari kelahiranmu. Aku yang baru kenal denganmu langsung diundang ke pesta ulang tahunmu. Sebenarnya aku malu datang ke pestamu, sebab aku tidak membawa kado untukmu. Padahal kamu sudah mengingatkan dalam email-ku untuk membawa kado. Aku juga malu untuk bertemu dengan warga-wargamu yang kece. Saat itu aku yang hadir dipesta ulang tahunmu hanya menjadi seorang pengagum yang ikut memeriahkan hari ulang tahunmu. Iya aku kagum denganmu. Kamu yang begitu hangat dan sederhana saat bercengkrama dengan warga-wargamu, membuat dirimu terlihat sempurna dimataku. Aku iri denganmu, ternyata kamu cukup terkenal. Kamu dikelilingi oleh warga-warga yang hebat. Aku mulai penasaran dengan latar belakang dirimu. Siapakah peletak batu pondasi pertama dirimu?

Dipesta ulang tahunmu aku disambut hangat oleh dirimu dan teman-temanmu. Padahal aku adalah warga barumu. Tak lama setelah aku masuk ke ruang pestamu dan berkenalan dengan beberapa wargamu (Nona Atha, Nona Bella, dan Tuan Rudi) aku langsung disuguhkan breakfast. Kwetiau dan segelas es campur. Aku dibuat kenyang oleh jamuanmu. Kamu memang pandai memanjakan wargamu. Sepertinya aku tidak salah untuk bergabung menjadi wargamu. Bersamamu aku kenal dengan wargamu yang hebat-hebat. Jika aku diizinkan suatu saat nanti untuk lebih lama mengenal dirimu, pasti bersamamu aku akan menemukan arti kebersamaan, berbagi, dan arti semangat untuk berkarya. Setidaknya itu yang dikatakan oleh Uncle Lozz dalam sebuah tulisannya di sini.

Suasana Syukuran 4 Tahun WB
Suasana Syukuran 4 Tahun WB

Ternyata pendirimu adalah seorang yang bijak ya. Sepertinya aku benar-benar mulai suka denganmu. Kamu tahu, kamu itu memang sebuah wadah. Aku setuju dengan Uncle Lozz, kamu itu adalah wadah para blogger untuk saling berbagi, saling mengisi, dan wadah untuk berkarya, serta tempat yang nyaman untuk berteduh. Kamu ingat saat dipesta ulang tahunmu minggu lalu. Kamu dan wargamu mengadakan lomba membuat surat cinta untuk dirimu. Awalnya aku ingin sekali ikut serta dalam lombamu, tapi ternyata membuat surat cinta itu sulit ya. Aku takut kalo surat cintaku tidak seromantis kisah Habibie & Ainun.

Aku ingin sedikit bercerita kepadamu tentang proses menulis surat ini. Sepulang dari pestamu aku membuka netbook-ku mencoba menulis beberapa kata, namun aku tidak bisa menemukan diksi yang tepat, dan memang karena aku juga yang belum pandai menulis. Aku malu. Sampai akhirnya aku lanjutkan menulis di hari esok. Keesokan harinya aku dan teman kampusku berkumpul untuk ngeblog bareng di teater terbuka. Kamu tahu apa yang aku lakukan? Iya, aku sibuk sendiri menulis surat cintaku, sementara teman-temanku asyik berbicang-bincang. Tidak denganku. Tapi saat itu suratku belum kunjung selesai.

Sebenarnya sampai pada kalimat ini aku ingin menyudahi suratku untukmu. Karena mengingat deadline yang sudah dekat, tapi aku tidak bisa. Aku ingin terus jari-jariku manari merangkai kata untukmu. Dan sampai akhirnya sekarang tanggal 30 Mei, aku sudah telat satu hari untuk ikut lomba surat cintamu. Aku salah telah menahan surat cinta ini. Tapi aku putuskan untuk tetap mengirim surat ini kepadamu. Meskipun sudah pasti aku tidak terpilih.

WeBe, aku rasa sudah cukup surat ini. Setelah cukup panjang aku lupa mengucapkan sesuatu untukmu. Selamat ulang tahun cintaku, WeBe. Aku suka kamu berserta warga-wargamu yang cantik dan tampan. Semoga di usiamu yang genap 4 tahun ini, kamu tetap menjadi wadah yang setia untuk kami para blogger, tempat memberikan inspirasi, dan tempat untuk berbagi. Oh iya, sebelumnya aku ada oleh-oleh untukmu. Ini kelakuan kami warga-wargamu selepas dari pesta ulang tahunmu. Disimpan baik-baik ya, kalau bisa dikasih frame biar cantik dan manis. Sudah ya.. bye.. byee...


Selamat Ulang Tahun WeBe
Selamat Ulang Tahun WeBe


Mending foto-foto, bete nunggu kereta tak kunjung datang
Mending foto-foto, bete nunggu kereta tak kunjung datang

Surat Untuk Warung Blogger
Surat Untuk Warung Blogger

Jumat, 29 Mei 2015

Masih Menjadi Mimpi

Cita-citaku....uu......uu
Ingin jadi profesor
Bikin pesawat terbang
Kubuat sendiri.

Kalo bisa terbang kubawa
Mama ke pasar
Kalo bisa terbang kuantar
Papa ke kantor.

Ada yang tahu lyric lagu di atas. Iya itu lagunya penyanyi cilik Joshua yang judulnya kapal terbang. Anak-anak kelahiran 90-an pasti pernah tahu lagu itu. Gue inget pertama kali nonton dan dengar lagu itu adalah saat gue sedang main ke rumah tetangga gue. Zaman gue anak-anak, tiap sore pasti selalu ada siaran anak yang muterin lagu-lagu untuk anak-anak kecil. Kalau tidak salah nama acaranya itu Bando Ya Ampun.

Hampir tiap sore gue selalu main ke rumah tetangga gue. Tetangga gue namanya Novita. Tetangga gue ini perempuan seusia gue, cuma dia lebih tua satu bulan dari gue. Waktu gue kecil, tiap sore gue selalu main kerumah tetangga gue buat nonton TV. Mulai dari nonton film kartun, dan lagu hitz anak-anak. Biasanya gue mulai apelin rumah Novita hampir setiap hari dari jam 4 sore sampai jam 6 sore. 

Kala itu penyanyi cilik seperti Joshua sedang naik daun. Banyak lagu Joshua yang sempat hits. Salah satunya lagu yang judulnya kapal terbang. Kalian tahu gegara lagu ini gue punya cita-cita untuk menjadi seorang pilot. Saat itu menurut gue menjadi pilot adalah cita-cita yang keren. Tiap hari naik pesawat, punya pesawat pribadi, memakai baju seragam hitam putih lengkap dengan lencana dan topi pilot yang khas. Dan selalu ditemani oleh pramgari yang sexy. Pokoknya keren banget dah. Terlihat gagah dan perkasa. 

Dan alasan lainnya karena gue juga beranggapan bahwa pilot itu adalah seorang yang kaya raya. Kalian tahu kebiasaan anak kecil waktu dulu, tiap kali ada pesawat yang melintas melewati langit biru dan membelah awan pasti ada anak-anak yang lari-lari mengejar pesawat itu sambil berteriak-teriak. KAPAL MINTA DUIT... Ooooyy... KAPAL MINTA DUIT..... KAPAL... MINTA DUIT....

Entah dari mana awal kebiasaan seperti itu ada, dan bahkan menyebar hingga kampung tetangga. Akhirnya gue beranggapan seorang pilot adalah profesi yang keren dan banyak duit, hidup dengan makmur setiap waktu. Namun saat gue mulai sedikit besar dan bisa berpikir secara lebih baik, cita-cita gue berubah dan bukan lagi menjadi seorang pilot. Tapi gue ingin menjadi seorang yang kaya raya, mungkin seperti pengusaha yang punya perusahaan ternama. Pengusaha yang menjadi milyader punya banyak harta. Dengan duit gue bisa jajan apapun. Jajan motor, mobil, rumah, dan yang terpenting bisa “jajan cewe”. Pokoknya dengan duit gue bisa menguasai dan menjajah dunia. 

Tapi itu hanya mimpi gue waktu kecil. Dan sekarang gue tertarik dengan dunia komputer khususnya bagian programmer. Ini semua gara-gara bokap gue. Doi daftarin gue untuk masuk SMK bidang komputer. Awalnya gue dipilihin jurusan TKJ (teknik jaringan komputer), tapi setelah dites gue diterima untuk jurusan RPL (rekayasa perangkat lunak). 

Setelah masuk dijurusan RPL, gue mulai menikmati saat bermain-main dengan coding. Meski kebanyakan fail-nya, tapi gue terus penasaran. Kenapa begini? Kenapa begitu? Dan sekarang sejak kuliah malah fakum. Sedih.. :( Gue sudah 4 tahun fakum main coding. Namun gue tetap bermimpi dan becita-cita jadi programmer. Cita-cita gue jadi programmer ini salah satu alasan gue ngeblog. Jadi dengan blog ini sesekali gue bisa main-main dengan kode, meskipun itu hanya kode HTML.

Sekian tulisan gue kali ini, untuk kalian yang sudah baca terima kasih yahh... Btw kira-kira cita-cita kalian waktu kecil apa? Ayo coba ceritakan di kolom komentar. See you...

Rabu, 27 Mei 2015

World Autism Awareness Day

Gue mulai gag sabar nunggu temen gue di shelter busway Monas. Minggu lalu gue dan temen kelasan gue janjian buat Ce-eF-De-an. Bukan Ce-eF-De-an juga sih, tapi ikut kegiatan Walk For Autism. Kegiatan ini biasanya rutin dilaksanakan tiap tahunnya untuk memperingati hari Kesadaran Autisme Sedunia (World Autism Awareness Day) yang jatuh pada tanggal 2 April.

Di Indonesia sendiri khususnya Ibukota Jakarta, biasanya instansi yang bergerak dalam pendidikan dan pelayanan bagi anak dengan autisme akan melakukan berbagai kegiatan untuk memperingati World Autism Awareness Day, seperti gerak jalan, lomba-lomba dan pentas seni. Upaya ini dilakukan untuk mengenalkan bahwa anak dengan autisme bukanlah manusia yang harus ditakuti. Mereka bisa diajak bekerja sama dan juga memiliki kemampuan dan bakat dalam bidang seni dan lainnya, terutama seni musik. Kalian kenal dengan Michael Anthony seorang pianis termuda Indonesia yang masuk rekor MURI. Ia adalah pianis muda Indonesia dengan kondisi autis dan tunanetra. Ia masuk MURI karena pada usia tujuh tahun sudah bisa membawakan Sonata karya Wolfgang Amadeus Mozart. Bisa kalian bayangkan bukan, betapa luar biasanya anak tersebut.

Kembali ke cerita, dengan bete gue nunggu temen gue akhirnya gw PM dia.
“Fika”
“Oyy..”
Ee, dia cuma balas gitu doang. Tidak tahu apa gue udah bete nunggu lama di sini. Lu harus peka dong Fika. Minta maaf kek, apa kek.? Iya sih gue di selter busway Monas gag sendirian, ada Agustina dan Lina. Tapi ini udah mau jam 7, dan kita masih nunggu lu. Bisa telat dah acara gerak jalannya.
“LAMA”
“Sabar dong, ini gue sudah mau sampai”

Akhirnya Fika tiba juga di selter busway Monas. Ia turun dari busway. Tubuhnya yang sexy dibalut dengan manis oleh kaos biru donker lengan panjang dan celana levis biru panjang.
“Aduh maaf ya lama, gue belom ganti baju nih. Ganti baju di mana ya?”
“Udah ganti baju aja di sini. Kita jagain bertiga”
“Enak aja, ngaco lu dar.”

Kita berempat (gue, Lina, Agustina, dan Fika) keluar dari selter busway Monas dan berjalan santai menuju Pintu masuk monas yang ada di depan gedung Indosat. Dalam perjalanan santai Lina, Agustina dan Fika saling bergandeng tangan. Dan gue berjalan dengan gandeng tangan gue sendiri. :(
“Eh iya. Dea, Ana, dan Mba Ikhda mana ya?”
“Dea dan Ana kayaknya telat. Mereka baru berangkat tadi jam 6.”
“Kalau Mba Ikhda gag ada kabar nih. Aku sudah SMS gag dibales-bales.”
“Terus yang rombongan kereta di mana?”
“Mereka katanya sih mau pada kumpul dari stasiun Juanda”
“Hah.. Juanda. Kan lumayan jauh dari sana ke sininya”
“Iya berasa banget dah tuh mereka jalannya”

Setibanya di gerbang pintu masuk, dari belakang ada gadis kecil yang imut datang menghampiri kita. Dini. Gadis kecil imut, ia datang dengan memakai jaket Adidas berwarna biru dan bergaris kuning.
“Hai.. yang lain pada mana?”
“Iya nih baru segini Din, kita belum bertemu dengan rombongan kereta.”

Tidak jauh dari gerbang pintu masuk terlihat ada rombongan Walk For Autism berjalan keluar menuju pintu gerbang yang baru saja kita masuki. Gue, Lina, Agustina, Fika, dan Dini langsung saja gabung, masuk dalam barisan gerak jalan. Rute gerak jalan dimulai dari pintu patung kuda menuju bundaran HI, dan balik lagi dari bundaran HI ke pintu patung kuda.

Perempat jalan menuju bundaran HI gue masih berjalan dengan gagahnya. Seakan menyanggupi untuk berjalan bolak balik 10 kali. Setengah jalan menuju HI, langka gue mulai gontai. Gue mulai merengek dalam hati, layaknya bayi yang minta asi. Tidak lama saat mau sampai bundara HI, tiba-tiba ada yang colek-colek gue dari belakang. Dan ada yang sebut nama gue dari belakang.
Darma ganteng”
“Iya” Gue pun menjawab sambil menoleh kebelakang.
“Eh... benerkan Darma. Gue jalan cepet dari barisan belakang ke depan, akhirnya ketemu kalian juga.”
“Ana.... Sendirian saja, Dea mana?”
“Dea sama Mba Intan katanya.”

Ana pun gabung bersama kami, dan kami berjalan secara berpasangan sambil bergandengan tangan. Ana dengan Fika, Lina, dengan Agustina dan Dini. Dan gue jalan sendiri di belakang mereka sambil gandengan tangan gue sendiri. :(
“Hah... cape ya.. masih jauh lagi” keluh gue sama Lina yang ada di depan gue.
“Iya. Eh nanti abis selesai ini kumpul ya!”
“Kumpul di mana?”
“Di deket pintu gerbang patung kuda aj.”

Sambil berjalan Lina mulai memainkan handphone-nya, dan mencoba mengabarkan teman-teman lain untuk kumpul setelah selesai acara gerak jalan.
“Kumpul di mana ya?”
“Udah di pintu patung kuda aja”
“Ini lu aja yang ketik di chat grup!”

Singkat cerita gerak jalan pun selesai, gue bersama 5 teman (Lina, Agustina, Fika, Dini, dan Ana) nunggu di deket pintu patung kuda. Dari dalam Monas sudah ada Dita dan pacalnya yang datang menghampiri kita. Tidak lama kemudian ada teman-teman rombongan kereta yang datang. Ada Vina, Mutia, Tiwi, Pipit, Andin, Lyly, Anggre, dan Lala dengan Adenya.
“Dea sama Intan mana?”
“Mereka katanya sudah di dalam deket panggung Walk For Autism.”

Kami semua mulai berjalan menuju panggung Walk For Autism yang ada di tengah taman Monas. Dalam perjalanan, seperti biasa cewe-cewe rumpi sana sini. Lirik jajanan kanan kiri.
“Ini gag ada yang mau belanja?”
“Eh iya nih, gue mau coba pake rok kaya itu.”
“Tuh Dar, Vina mau rok itu. Beliinlah. Kapan lagikan lu liat Vina pake rok.”
“Iya juga yah, pasti cantik” Sambil menanggapi gue menganggukan kepala.
“Ngaco lagi lu Dar.” Sambar Dini.
“Sembarangan aja lu Mut.” Bantah Vina.

Padahal gue mau serius beliin. Tapi gue takut yang lain pada iri. :p Setelah sampai di depan panggung, kita bertemu dengan Dea dan Intan. Diakhir acara kita pun foto-foto untuk mengabadikan moment saat itu. Rasanya gag rela untuk pulang dan berpisah dari mereka. Gue kangen. Mau gue peluk dan cium satu-satu, tapi bukan muhrim. 








Bisa dibilang kumpul kali ini seperti reuni kecil-kecilan. Karena memang sudah cukup lama tidak bertemu, sebab sekarang gue serta teman-teman lainnya sudah mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Eh iya.. Teman-teman gue cantik-cantikan. Tapi ada hal yang bikin gue sebel.. Kenapa posisi gue saat foto bareng mereka gag di tengah-tengah  mereka. akh.. :(

Sudah ya.. Sepertinya sudah cukup panjang. Akhir cerita gue mau ucapin terima kasih kepada yang sudah baca tulisan gue kali ini. Semoga kalian tidak bosen baca-baca tulisan gue lainnya. See you...

Minggu, 10 Mei 2015

Hitamnya Ibukota

Ini adalah sebuah kisah perjalanan dari seorang gadis yang baru saja mendapatkan pengalaman buruk. Belum genap 1 minggu ia tinggal di Ibukota Jakarta dirinya sudah merasakan bahwa kota ini adalah kota yang penuh dengan kriminalitas. Ungkapan Ibukota lebih kejam dari ibu tiri sepertinya memang tidak terlalu berlebihan. Dan seakan pantas untuk disandangkan pada Ibukota Jakarta ini.

Hayati, gadis desa yang baru saja mendapatkan pengalaman cukup buruk di Ibukota. Ia adalah gadis desa berparas cantik. Lengkung bibirnya yang merah tipis dan sempurna terlihat anggun di wajahnya. Pipinya yang terlihat merekah saat ia tersenyum, seperti bapau membuat dirinya terlihat manis dan menggemaskan.

Sore hari dalam perjalanan pulang menaiki kereta menuju Bogor, Hayati duduk tepat di gerbong pertama area wanita. Dengan posisi duduk sedikit menyerong Hayati bisa melihat jendela kereta yang kini ada di sisi kirinya. Meskipun matanya melihat keluar jendela tapi pikiran dan raganya seolah tidak menyatu. Tatapan matanya kosong bagaikan boneka yang ditinggalkan tuannya. Ia masih terbayang peristiwa menjijikan yang baru diterimanya.

Seolah ingin melupakan, ia pun mengambil handphone dari dalam tasnya. Memberikan pesan warning kepada teman-temannya di grup Whatsapp. “Teman-teman kalau naik metromini jangan duduk di pojok dekat jendela, dan waspada sama orang-orang mencurigakan”
“Kamu diapakan Ti?”
“Tadi ada pemuda yang mencoba meraba-raba daerah vital dadaku”

Seketika grup Whatsapp menjadi ramai. Ada yang ketakutan, ada yang membagi pengalaman serupa, dan ada yang penasaran. Banyak pertanyaan-pertanyaan diajukan kepada Hayati, namun ia tidak menjawabnya. Puluhan notifikasi memenuhi grup Whatsapp di handphone Hayati. Dan ada beberapa yang private message. Tapi tetap Hayati tidak menjawab pesan itu, dibuka pun tidak, ia malah mengubah profil handphonenya menjadi silent. Hayati mulai merogoh kantung celananya mencari earphone. Lalu memasangkan di handphonenya dan mendengarkan musik. Tak lama kemudian ia pun tertidur. Hayati benar-benar ingin melupakan peristiwa itu.

Hari mulai gelap, lampu penerang jalan mulai menyala meyinari jalan setapak. Sesampainya di rumah Hayati hanya mengucapkan salam lalu pergi ke kamar tidurnya. Menaruh tas di atas meja, lalu melemparkan badannya di atas kasur kapuk nan empuk. Hayati pun meraih handphonenya dan mulai membaca pesan-pesan yang sudah masuk sejak tadi. Hanya membacanya, lalu meletakkan handphone di samping kirinya dan ia pun memejamkan matanya kembali.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar Hayati. Ketukan itu membangunkan Hayati.
“Nduk kamu tidak makan malam, kamu kenapa?” tanya ibu.
“Tidak bu, tidak apa-apa. Sedang tidak nafsu makan”
Perlahan pintu kamar terbuka, dan dari daun pintu terlihat ibu masuk ke dalam.
“Loh kamu tidak ganti baju dulu, kamu kenapa? Cerita ke Ibu!”

Ibu mulai menghampiri Hayati, dan duduk di bibir kasur. Hayati mulai bangun dan duduk di atas kasur. Ia mulai terbuka dan menceritakan peristiwa buruknya tadi sore. Sedikit demi sedikit Hayati menceritakan kejadiannya secara runtut. Sang Ibu menyimaknya dengan baik.
“Ini bu tadi sore waktu aku naik metromini menuju stasiun ada seorang pria yang mecoba meraba-raba dadaku.”
“Hah” sang ibu terkejut, matanya terbelalak seakan mau lompat dari tempatnya.
“Iya bu. Waktu aku naik metromini aku duduk di bangku ketiga dari belakang. Aku duduk di sisi kiri badan mobil dan dekat dengan jendela. Keadaan metromini saat itu sedang tidak ramai bu.”
“Lalu tiba-tiba ada pria dari belakang datang dan duduk sebangku denganku. Aku di sisi kiri dekat jendela, dan pria itu di sisi kananku.” Lanjut Hayati.

Sudah hampir 20 menit Hayati bercerita tanpa henti. Mengadukan perasaan kesal yang sejak tadi ditahannya. Ibu mulai menjulurkan tangannya dan meraih kepala Hayati dan membelainya dengan lembut. Belaian Ibu terasa seperti agin yang menyapu kepalanya dan rambutnya. Terasa lembut dan sejut. Membuat hati Hayati menjadi tenang.
“Kamu kenapa tidak melawan pria itu!”
“Kamu ini gadis ibu yang polos atau bodoh sih nduk” lanjut ibu sedikit meledek.
“Aku pikir pria itu sedang mengambil sesuatu di saku baju atau celananya. Tapi lama kelamaan aku rasakan tangan itu meraba pingulku dan naik mendekati payudaraku.”
“Yasudah, sekarang kamu jadi belajar toh. Jadi lebih mawas diri. Apalagi kamu ini anak ibu yang cantik pasti banyak pria kota yang naksir kamu.”
“Ibu bisa saja menggodaku.”
“Nduk, ibu juga pernah mendengar cerita kalo di dalam bus kota itu ada demitnya.”
“Hah demit bu? Memang ada hantu yang bisa naik bus kota”
“Itu istilah orang kota, maksudnya itu suka ada pencopet di dalam bus. Dan pencopetnya bisa lebih dari 1 orang, mereka biasanya ada timnya. Kamu pokoknya harus lebih waspada lagi yah. Kalau ada laki-laki yang belum dikenal tiba-tiba ngajak ngobrol. Banyak tadarus Al-Quran, atau baca buku yang kamu bawa, atau dengerin murottal. Waspada itu penting untuk berjaga diri juga”

Hayati mulai sedikit lega setelah bercerita kepada ibunya, lalu ia mendekati ibunya duduk di bibir kasur samping ibu dan memeluk ibu.
“Terimakasih bu. Iya bu mulai sekarang aku lebih aware lagi.”
“Huh.. Badan kamu bau asem. Mandi dulu sana, terus ganti baju dan lekas tidur.”
“Biarin bau asem yang pentingkan aku cantik.” []

Selasa, 05 Mei 2015

Makna Angka 3 Untuk Blog Gue


Liebster Award. Pasti kalian sudah pada tahu kan itu award apa? Nah yang belom tahu bisa baca di sini. Jadi akhirnya gue baru mendapatkan Liebster Award ini yang ketiga dari saudara Ahmad Fajar. Dan seperti biasa gue terherman-herman kenapa yang kasih Liebster Award ini ke gue adalah seorang pria. Padahal secara arti harfiah gue meyakini bahwa Liebster Award ini adalah bentuk ungkapan sayang dari satu blogger untuk blogger lainnya. Apa jangan-jangan pria ini (Ahmad Fajar) sayang sama gue. Ok gue tidak mau membayangkan yang tidak tidak. Tapi gue penasaran saja, ada angin apa Ahmad Fajar memberikan Liebster Award ke blog gue? Menurut penilaian gue, blog gue ini masih jarang diupdate. Kurang update lah pokoknya. Beda banget sama temen-temen maya blogger yang gue kenal seperti Hawadis, Turyono Ari, Beby Richka, Wahyu Hyusea Aji, Kresnoadi, Yoga Akbar, dan masih banyak lagi. Mereka-mereka ini cukup update buat ngisi tulisan di blognya. Bahkan ada yang bekomitmen untuk nulis di blognya sebanyak lebih dari 30 tulisan dalam satu bulan. Luar biasa bukan.

Tapi sudahlah, seharusnya gue bersyukur dan berterima kasih sudah diberikan Liebster Award ini dari temanku Ahmad Fajar. Untuk Ahmad Fajar gue ucapkan terima kasih yah.. sudah mempercayakan dan memberikan Liebster Award kepada gue. Seperti yang sudah gue jelaskan di paragraf awal bahwa Liebster Award ini adalah Liebster Award ketiga gue. Sebelumnya sudah dua kali gue dapat. Pertama dari Ananda Vickry, dan kedua dari Turyono Ari. Alasan mereka kasih gue Liebster Award karena keren. Entah apanya yang keren? Mungkin Desainnya. Tapi gue tetap bersyukur dan berterima kasih kepada Ananda Vickry dan Turyono Ari. Oh iya hanya sekedar informasi desain blog gue yang sekarang ini adalah perubahan desain blog gue yang ketiga. Nah yang mau tahu desain blog pertama gue bisa dicek di sini, dan yang kedua di sini. Bagaimana transformasi perubahan desain blog gue? Standard banget toh. Ini cukup susah-susah gampang sebab gue cuma download dan upload template bikinan orang ke blog gue, dan dikasih improvisasi sedikit sesuai selera.


Oh iya ditulisan kali ini gue tidak hanya mengungkapkan terima kasih kepada Ahmad Fajar. Tapi sekaligus gue meminta maaf kepadanya. Sebab sudah tiga mingguan dia memberikan Liebster Award ini ke gue, dan gue baru bisa balas sekarang. Dan gue juga minta maaf sebab mungkin gue sedikit melanggar beberapa peraturan dari Liebster Award. Pertama gue tidak meneruskan Liebster Award ini karena kenalan gue di dunia blogger cuma sedikit, jadi bingung mau kasih ke siapa lagi? Bisa saja sih gue blogwalking ke blog yang bener-bener baru pertama kali gue kunjungi trus gw kasih deh Liebster Award ini. Tapi kan lucu, kalo gue kasih ini dengan tidak ada alasannya. Sudahlah mungkin emang gue yang malas. Dan gue juga minta maaf karena baru balas Liebster Award ini. Dan beribu-ribu maaf lainnya atas kesalahan gue yang benar-benar mencampakan peraturan Liebster Awar. 

 
Sudah cukup panjang lebarnya, jadi lupa kalo postingan ini niatnya untuk membalas sebelas pertanyaan dari Ahmad Fajar. Ok tak perlu berlama-lama lagi ini pertanyaan dan jawaban gue dari Liebster Award yang Ahmad Fajar berikan ke gue.

***

1. Motivasi nge-blog? Cerita-in!
Awalnya gue mau terkenal di google. Terkenal melalui blog. Mungkin ini gue terispirasi dari Raditya Dika. Tapi akhirnya gue tercerahkan, bahwa blog ini adalah media untuk gue belajar nulis. Karena dari tulisan yang gue bikin di blog pasti ada beberapa yang memberikan komentar. Dan komentar-komentar itulah yang bisa memberikan gue pelajaran dan penilaian atas tulisan gue. Terima kasih untuk para komenters blog gue. Love You.. :p Untuk lebih kenal alasan gue ngeblog bisa cek di sini.

2. Pernah ngalamin titik terendah dalam nge-blog? Seperti apa dan bagaimana cara kalian bangkit?
Tentu pernah. Salah satu hambatan blogger itu ya males nulis atau membuat artikel di blognya. Kalo gue pribadi rajin-rajin baca buku lagi, dan blogwalking. Ketika ide muncul untuk menulis, buru-buru deh menulis. Oh iya untuk saat ini yang paling krusial untuk gue adalah menyelesaikan penelitian gue. :(

3. Pertama kali jatuh cinta, kapan dan seperti apa?
Jatuh cinta.... Cinta monyek kali ya. Pertama kali itu saat 5 atau 6 tahun. Ini serius. Gue jatuh cinta sama tetangga gue. Kira-kira usia dia lebih tua dari gue. Terpaut 4 atau 5 tahun gitu. Jadi saat lagi pamornya film animasi sailor moon, gue sering banget nonton di rumah dia. Dan gue membayangkan dia sebagai Usagi (tokoh utamanya), dan gue sebagai Mamoru Chiba tohoh pasanganya yang disebut sebagai Teksedo Bertopeng. Gue pun berkhayal kita berpacaran seperti dalam filmnya. Hahahah.. khayalan anak-anak tingkat Dewa.

4. Seseorang yang paling berarti di hidup kalian, siapa dan kenapa?
Keluarga. Sebab tempat mengeluh untuk pertama kali tentang suka duka ya ke keluarga dulu

5. Kenangan masa kecil yang paling berharga, seperti apa?
Menikmati senja di lapangan sepak bola, setelah lelah bermain sepak bola. Indah.. sambil membanyangkan bentuk awan yang terbentuk sesuai imajinasi gue dan teman-teman. “Lihat deh itu mirip digimon Agumon”

6. Kenangan masa kecil yang paling kelam, seperti apa?
Tidak mau berangkat sekolah. Dan akhirnya gue dimarahin abis-abisan sama nyokap. :(

7. Mempercepat waktu atau mengembalikan waktu, kalo bisa, yang mana?
Mengembalikan waktu, hanya untuk nostalgia. Kalo mempercepat waktu kurang seru sebab bisa membongkar rahasia masa depan. :p

8. Kalo dikasi uang 1 milyar, mau diapain aja?
Kalo kuat iman gue sedekahkan semuanya biar jadi 2 milyar. Tapi kayanya cukup deh setengahnya juga disedekahkan.

9. Kaya raya tapi sendirian atau Sederhana tapi penuh petualangan?
Sederhana tapi kaya raya hahaha....

10. Hal yang paling ingin di capai, apa?
Ingin jadi programmer. Kerjanya gag perlu di kantor, tapi bisa kerja juga di rumah. Bikin-bikin program.

11. Terakhir, menurut kalian apa arti hidup itu?
Hidup itu adalah ladang amal. Jadi jika ada kesempatan berbuat baik lakukanlah yang terbaik. Sebab seperti hukum petani, siapa yang menanam dia yang menuai. Dia yang memulai melakukan kebaikan pasti akan ada balasan kebaikan juga. Tapi tentu yang harus diingat berbuat baik ini harus atas dasar Ridha Allah. Mungkin ini yang menjadi cukup sulit, tidak sedikit yang berbuat baik dan malah menimbulkan rasa ria. Dan hidup itu adalah bergerak. Bergerak berarti beraktivitas. Dan beraktivitas ini modal yang sudah seharusnya digunakan untuk membuat karya yang baik. Jadi hidup itu berkarya. Tsaahh.. hahaha gag ngarti gue nulis apa. :p

***

Bagaimana itu adalah jawab gue dari Ahmad Fajar.? Semoga ini cukup memberikan kepuasan untuk Ahmad Fajar dan pembaca sekalian. Dan untuk Ahmad Fajar gue mau tanya alasan lu kasih gue Liebster Award ini apa? Hehehe.. tapi sekali lagi gue ucapkan terima kasih ya. Oh iya kalo dipikir ternyata ini adalah salah satu Liebster Award gue yang spesial juga. Kenapa? Pertama ini adalah Liebster Award gue yang ketiga. Dan gue baru membalas Liebster Award ini pada minggu ketiga setelah diberikan. Bicara soal tiga, blog gue saat ini sudah tiga kali ganti template. Jadi Liebster Award gue kali ini adalah serba tiga. Keren kan. :p


Ok. Akhir kata gue mau ucapkan terima kasih kepada kalian yang sudah baca. Hahaha.. pasti cape ya. Love you. See you. :p