Jumat, 15 Januari 2016

Sepotong Hati di Segelas Milkshake Coklat (Bagian Tiga)

Bagian Satu: http://wulankadek.blogspot.co.id/2016/01/sepotong-hati-di-segelas-milkshake.html

Bagian Dua: http://cacatanichahairunnisa.blogspot.co.id/2016/01/sepotong-hati-di-segelas-milkshake.html
 
Note: Maafken, Adminnya, Darma, memang sombong nggak bisa balas balasin komen kalian. Namun, jangan sungkan berikan saran dan kritik yang membangun dari tulisan kami. Hormat kami WIDY. (Wulan, Icha, Darma, Yoga)


***

Sebelum meninggalkan WIDY cafe, dari motornya Agus menatap ke arah kafe itu lagi untuk sesaat. Sedikit menyesal kenapa harus buru-buru pergi dari tempat itu. Tempat yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis lucu. Gadis yang membuat dirinya rela berbohong bilang ada janji dengan teman, padahal Agus hanya belum siap untuk mengenal Mei lebih dekat.

Maaf Mei. Sepertinya aku masih betah jadi pengagum dalam diammu, ucapnya dalam hati.


***


Dua minggu setelah pertemuan itu, Agus jadi lebih sering bermain ke WIDY cafe. Agus bermain tidak kenal waktu. Selain ia menjadwalkan dirinya pada hari Rabu untuk ke kafe WIDY di jam-jam saat ia berjumpa dengan Mei kala itu, Agus juga selalu bolak-balik ke kafe tiap satu jam pelajaran mata kuliah selesai. Bahkan, Agus pernah sesekali tidak masuk kuliah lalu nongkrong seharian di WIDY cafe dengan harapan dapat bertemu Mei.
Namun, usaha yang Agus lakukan di dua minggu itu nihil. Agus sama sekali tidak bertemu dengan Mei di kafe itu. Tapi, seorang Agus ialah tipe orang yang tidak mudah berputus asa, ia tetap melakukan ritual jemput bola ke kafe setiap harinya.
Setiap Agus melakukan ritual jemput bolanya, ia selalu tergesa-gesa menuruni tangga dan berlarian di lobi kampus. Agus sangat berbesar harap untuk bertemu dengan Mei lagi. Namun, lagi-lagi yang diharapkan Agus pun belum terwujud.

***


Harapan gue sirna. Gak mungkin kayaknya kalo kebetulan itu dateng lagi. Tapi, selama dua minggu ini lu ke mana, Mei? Batin Agus bertanya-tanya.
Sepertinya Agus mulai rindu akan sosok Mei.
Wanita yang sebelumnya hampir tidak pernah absen ngopi dan membaca buku di Widy Cafe, kini justru menghilang tanpa jejak.
Agus duduk dan melamun lama di bangku yang berada di lorong kampus di area fakultasnya, Fakultas Ekonomi.
Ya, Agus ialah seorang mahasiswa jurusan Manajemen. Meskipun dirinya masih belum bisa me-manage apa pun dengan baik. Namun, ia telah memilih jurusan tersebut. Jurusan yang kini membuat dirinya perlahan-lahan dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan baik.
Karena sebelumnya, ia memang tidak banyak bicara. Ia lebih sering diam, selalu menyendiri, dan sulit bergaul.
Di jurusan Manajemen ini, Agus mendapatkan banyak ilmu. Salah satunya harus dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan klien. Ya, seorang manajer yang baik pasti memiliki kemampuan itu.

Seandainya aja gue bisa bertemu Mei lagi, gue berjanji untuk tidak grogi seperti kejadian waktu itu. Agus berkata dalam hati. Berjanji kepada dirinya sendiri.

"Agus, kan, ya?" sahut seseorang.
Suara lembut itu membuyarkan lamunannya. Agus tidak percaya akan sosok yang hadir di hadapannya. Dia adalah Mei. Gadis yang ia harap-harapkan datang selama dua minggu ini.

Ya Tuhan, ada bidadari. Apa sekarang gue udah di surga?
Agus takjub beberapa saat, hingga ia pun sadar kembali saat Mei memanggilnya untuk kedua kalinya.
“Gus?”

"E-ehh, elu. Ngapain di sini?" tanya Agus. Pertanyaan yang sangat bodoh.

Untung saja Mei tidak menjawab, "Oh... ini ada tugas dari dosenku. Disuruh bakar Fakultas Ekonomi."

"Gue kuliah di sinilah," jawab Mei. "Menurut lu emang gue lagi ngapain? Haha," lanjutnya.

"Loh, berarti kira satu kampus, ya?" tanya Agus. Lagi-lagi pertanyaan yang keluar dari mulut Agus sangat bodoh.

Tadi gue udah janji supaya gak grogi. Kenapa sekarang malah bertingkah bloon lagi? Bego amat gue! Agus mencela dirinya sendiri dalam hati.

"Sepertinya begitu."

"Oiya, duduk sini, Mei. Berdiri terus gak pegel?" kata Agus meledek.
"Gue mau langsung ke Widy Cafe, sih. Lu mau ke sana juga gak?" ajak Mei.
Tanpa berpikir panjang, Agus segera bangkit dari tempat duduknya. Berjalan bersama Mei menuju tempat favoritnya.
Dan selama perjalanan menuju Widy cafe, mereka berdua mulai membicarakan beberapa hal. Di antaranya: mengenai perkuliahan. Topik yang paling mudah untuk diulas.


BERSAMBUNG

***

Untuk cerita selanjutnya silakan lari ke Blognya Yoga. Kemungkinan hari Minggu akan di posting lanjutan ceritanya atau bisa lebih cepat.