Kamis, 30 Juni 2016

Template dan Popcorn

Lagi lagi dan lagi, saya bingung memilih dan memilah template blog. Siang di hari Minggu lalu, saya ada sedikit mengubah template ini. Hanya mengubah bagian warnanya saja. Sudah ada satu bulan template ini dibiarkan berantakan dan masih dalam setting default-nya. Saya belum sempat menyelesaikan yang berantakannya. Sabtu malam lalu, saya malah keluyuran ke gramedia dan Plaza Blok M, cari-cari jomblowati yang kiranya bisa diajak ngeskrim manja. :( Btw, buat kamu yang masih mau mampir ke rumah yang berantakan ini, terima kasih, ya. Senang kali sudah dikunjungi, saking senangnya jadi pengen bagi-bagi THR. Enggak juga ding. Hahahaha. 

Saya ganti template blog ini karena ingin merubah suasana hati aja. Halah suasana hati apaan. eeq. Hati aja barang kali saya nggak punya, soalnya bulu dada aja nggak ada. Iya, saya memang ingin mengganti template, ingin tampilan baru dari rumah ini. Mungkin memang sudah tabiat cowo suka ngotak-ngatik. Tidak hanya ganti template, saya juga memikirkan untuk ganti alamat blog ini yang entah akan jadi apa nantinya. Belum selesai dengan re-design blog dan ganti alamat blog, saya jadi galau template. Galau karena blog sebelah templatenya sama dengan blog saya ini. Entah ini kebetulan kita ganti templatenya bareng dengan pilihan yang sama atau saya yang telat baru tau dia ganti template. Saya sedih karena dia sudah selesai edit edit templatenya. Hahahhaha. Dan saat pertama kunjungi blognya lucu juga serasa lagi di blog sendiri. Tapi, pasti banyak juga di luar sana yang tampilannya sama dengan template ini. Namanya juga gretongan. Banyak yang minat. 

Ngomong-ngomong soal template, ada beberapa blogger yang saya taksir templatenya. Sebenarnya banyak yang templatenya kece-kece. Tapi, selera saya jatuh pada mereka ini.

Satu. Roby Haryanto. 
Warna blognya didominasi sama biru yang soft. Saya suka karena nyaman lihatnya. Selainnya itu karakternya benar-benar seperti blog personal. Sederhana, kuat dan bersahabat. 

Dua. Pangeran Wortel A.K.A Heru Arya.
Blog yang tidak kalah kuatnya dari templatenya menurut saya, dia ini, Pangeran Wortel. Secara apik dia merombak habis-habisan blognya dan merancang sedemikian rupa dengan fasilitas bawaan dari blog. Menyusun ulang templatenya tanpa template unggahan. Kerja keras yang luar biasa dan hasilnya terlihat kuat dan profesional.

Tiga. Kresnoadi DH. 
Sederhana dan elegan. Waktu pertama kali lihat perubahan blognya terlihat mewah. Ciamik sekali. Kini, blognya diubah dari kondisi awalnya seperti sekarang, di sesuaikan dengan kebutuhan bloggernya. Dan viola, yang tadinya terlihat cantik kini terlihat rupawan. Tetap terlihat elegan namun sederhana. 

Empat. Icha Hairunnisa. 
Sederhana dan polos, atau dalam bahasa vulgarnya sederhana dan telanjang. Terlihat telanjang karena blognya didominasi dengan warna putih, tidak terlalu banyak asesoris. Itu bagus karena saya suka yang telanjang. Hahahaha. Kalau dilihat dengan pc, saya suka bagian paling atasnya, menunjukkan hari dan tanggal yang sekaranng. Itu suka jadi pengingat saya waktu saya lagi lupa hari dan bw ke blognya. 

Iya itu tadi alasan sotoy saya suka dengan template blog mereka. 

Ngomong-ngomong soal template, saya yang dibuat galau akan template teringat dengan galaunya popcorn saya yang jatuh waktu ke nonton di 21 Plaza Blok M di hari Minggu lalu. Itu popcorn yang saya beli sudah jatuh ke lantai sebelum saya mencicipinya. Iya karena waktu itu belum azan Magrib masih dalam keadaan puasa. Saya beli itu popcorn satu jam sebelum azan Magrib, bahkan saya membawa popcorn itu dengan sangat hati-hati jangan sampai ada sebutir yang jatuh.

Menjelang azan Magrib dan dipertengahan film, kursi yang saya duduki terasa goyang. Saya duduk di pangkal barisan deretan kursi, sebelah kiri saya jalan yang membagi dua deretan baris kursi dan sebelah kanan saya sepasang kekasih yang kurang ajar juga tak bersopan santun. Awalnya biasanya aja waktu kursi saya sedikit ada goyangan, mungkin sebelah kanan saya lagi saling menggaruk. Saling menggaruk karena kegatelan duduk satu baris dengan saya yang belum mandi mandi. :(

Tiba-tiba saya jadi kepikiran popcorn, karena tempat taruh makanan di depan samping kanan saya juga sedikit ada gerakan. Masa iya orang di samping saya makan popcorn saya. Mungkin dia orang punya kebiasaan sama dengan saya yang kalau nonton kadang suka duduk sila melipatkan kaki di kursi. Kursinya makin bergoyang, bukan kursinya juga sih lebih tepatnya ada gerakan di sudut tempat taruh makanannya itu, pikir saya ini orang rusuh juga nontonnya. Lalu nggak lama setelah itu seperti ada sesuatu yang jatuh. Dengan sisa pencahayaan yang ada, saya coba memincingkan mata dan melihat ke lantai.. Ternyata popcorn saya jatuh. :(

Belum juga azan dan belum saya makan itu popcorn, masih perawan gitu lah popcornnya, taunya dengan rupawan itu popcorn jatuh. :( Mau kesel dan marah sama orang di samping saya tapi, nggak bisa. Kali aja kan itu orang nggak sengaja. Dan kalau ada ribut pasti dia dibelain sama cewenya yang duduk dua bangku dari kanan saya, karena tempatnya gelap jadi nggak ada bukti kuat gitu. Setelah kejadian itu cuma bisa tahan-tahan dongkol sambil meraih cup popcorn. Saya lihat cup itu ternyata tempat popcorn itu dari cup beha. Pentes tumpah. Cup-nya kecil. 

Eh bukan, saya lihat isi cup-nya untung masih tersisa setengah porsi popcornnya. Seakan nggak rela dengan sisa cahaya yang ada, saya memungut itu popcorn dan dimasukan kembali ke dalam cup-nya. Belum lima menit tak apa lah. Setelah selesai ambilin popcorn yang jatuh itu, itung-itung ibadah bantuin cleaning servis-nya, orang di samping saya itu nggak lama kemudian malah tertawa. Padahal nggak ada scene yang bikin ketawa dari filmnya. Sempak. Bikin tambah dongkol aja.

Saya coba simak baik-baik kembali filmnya, kali aja memang ada hal yang bikin lucu dan ternyata nggak ada yang lucu. Orang di samping saya masih tertawa, terdengar agak kaku memang tertawanya dan penonton yang tertawa hanya dia saja. Sayangnya saya tidak ingat wajah orang di samping saya itu. Andai ingat, kalau ketemu lagi dan melakukan hal yang sama, bener bener deh minta disentil zakarnya.

Sial. Kalau ingat kejadian itu jadi ingin berkata kasar. Ah kesel pake banget. Sudah lah. Nggak kuat lanjutin ceritanya.

Enaknya di doakan apa, ya, orang macam itu? 

Jumat, 24 Juni 2016

Bukber Bagoy

Besok sudah kamis lagi. Mau posting apa, ya, di blog ini. Bukan kamis lagi malah, sudah lewat kamis di minggu ini. 

*** 

Senin malam lalu, saya tiba-tiba senang. Hehehehe. Senang karena untuk pertama kali, pesan yang saya kirim ke channel radio Prambors ternyata dibaca oleh penyiarnya dalam acara NightShift bersama Mario dan Genus di malam hari. Mereka berdua tanya kependengar radio, tentang hal baru apa yang dilakukan Minggu ini. Saya pun menjawab, di twitter dengan #BaruPertamaKali Minggu kemarin nonton film horor sendirian di bioskop. Satu dua pesan pendengar dibacakan oleh mereka. Hmm. lebih tepatnya twit para pendengar yang dibaca.  Selang beberapa detik kemudian twit saya dibaca. Awal dengar nama saya disebutkan otak saya langsung beku beberapa detik, seperti berpikir apa itu benar nama saya yang disebutkan. Bahkan mata saya juga terbelalak terbuka lebar dan ingin meloncat keluar. Lebay, ya. Hahaha. Waktu juga seakan melambat.. Secara cepat otak saya berlari, mensinkronkan dan mengingat ingat nama yang tertera diakun twitter saya. Karena yang saya ingat adalah kusumah_darma tapi Mario -penyiar radio Prambors- menyebutkan Darma Kusumah. Lalu semua terjawab saat dibacakan twitnya dan benar itu adalah twit yang baru saja saya pos. Saking senangnya, saya langsung membuka twitter lagi, mengucapkan terima kasih dan kesan nonton horor itu kepada kedua penyiar tersebut. Ingin rasanya ngobrol ditelpon tapi, sudah ada panggilan masuk dari pendengar lain. 

Tenyata rasanya dibacakan pesannya yang kita tulis untuk radio senangnya bukan main, ya. Hahaha. Saya senangnya receh, ya. Gampang banget. Saya seperti kembali lagi ke Zaman dulu, sebelum ada tv, internet, dan media sosial, hampir setiap kawula muda memanfaatkan radio sebagai media komunikatif antara penyiar dan pendengarnya. Hingga saat ini, radio masih bertahan karena sifat mereka sebagai penghibur yang komunikatif. Selalu ada dialog antara penyiar dan pendengar selain itu radio juga informatif suka ada obrolan yang baru kita ketahui. Kalau  kalian punya kah cerita sama tentang jadi pendengar radio kemudian cerita atau request-nya dibacakan kembali oleh penyiar radio? Atau kalain pernah jadi penyiar radio? Itu lebih hebat lagi. 

Tapi, kadang suka kampret juga kalau dengarin radio malam hari hingga larut malam. Kampretnya itu saat lagu yang diputar adalah lagu melow yang galau. Tadinya dengarin radio untuk dapat hiburan malah jadi galau di malam hari. Kalau sudah gitu saya langsung matikan radio dan dengarin playlist lagu di hp atau main game di hp. Kampret lainnya ada juga beberapa channel radio yang memakai blue joke sebagai bahan obrolannya, kan bikin malam pendengarnya berfantasi liar.

*** 
Skip ke bahasan lain. Sekarangkan lagi bulannya Ramadan 1437 H. Bicara soal Ramadan pasti identik dengan ibadah puasa bagi yang Mukmin, kan. Bicara soal puasa tentu identik juga dengan tradisi bukber atau bubar, buka bersama gitu. Bukan buka yang lain, buka baju dan celana bersama juga bukan. Tahun ini saya hanya dapat kurang dari lima undangan berbuka. Satu undangan gagal karena saya dodol dan sisanya karena jadwalnya tidak sesuai. Kira-kira kalian punya cerita bukber Ramadan tahun ini kah? 

Saya. Ada. Tapi. Gagal. :(

Undangan bukber yang saya datangi adalah undangan bukbernya blogger Jakarta. Karena jadwalnya sesuai, saya bisa datang. Sebenarnya bukan undangan bukber, lebih tepatnya kumpul blogger Jakarta dan ini sekalian bukber juga. Ini juga kumpulnya tidak mengatasnamakan atau mengkhususkan kumpul blogger hanya untuk dari komunitas tertentu karena dari posternya terlihat general. Siapapun bisa datang dan kumpul. Blogger yang kebetulan lagi di Jakarta ataupun non-blogger boleh kumpul. 

Awalnya tidak merencanakan untuk ikut karena di hari Sabtu itu -saya lupa tanggal berapa acaranya kalau nggak salah minggu pertama puasa- saya masih goleran di kasur baru bangun tidur pukul dua siang. Sehabis bangun tidur, saya lihat hp, di grup whatsapp  lagi ada bahasan siapa yang mau ke Kota Tua kumpul blogger Jakarta sekalian bukber. Dengan menimbang-nimbang saya terus menggelindingkan  otak saya atas acara tersebut. Acaranya jam tiga sore dan beberapa menit sebelum jam tiga sore, saya yang masih di rumah langsung minta izin orangtua untuk hadir ke acara bukber itu. Akhirnya saya berangkat jam empat. Agak berat hati juga, saya harus berbuka puasa diluar. Iya, karena minggu itu adalah moment lagi kumpulnya sama keluarga tapi saya malah berbuka puasa di luar.

Saya naik commuter line untuk ke sana dan berhenti di stasiun kota. Dan entah semesta sedang merencanakan apa, dalam perjalanan berangkat serta pulang, cummuter line yang mau sampai di stasiun transit selalu ada gangguan dan menunggu giliran masuk ke stasiun, itu cukup lama menunggunya. Akhirnya, baik di peron ataupun saat di dalam kereta, saya menunggu dengan bosan bosan dan bosan. Karena hp saya sudah lowbat, saya tidak bisa menunggu kereta itu sambil bergentayangan di dunia maya. Satu dua kali, saya coba aktifkan paket data mencari tahu informasi teman teman yang sudah kumpul di sana. Beberapa teman sudah ada di sana, seperti Imas, Bang Adi, Bang Ucup juga Bang Aziz sudah tiba di Kota Tua. Rasa bosan dan gelisah saya tidak kalah kritisnya dengan batrai hp saya yang lowbat. Iya gelisah karena waktu berbuka sudah semakin dekat sementara saya masih berada di dalam kereta yang sedang menunggu masuk ke dalam stasiun transit Manggarai. 

Dalam kondisi seperti itu, saya cuma bisa sms ke Wulan. Mau cerita. Dan tep. Hp saya mati. Akhirnya saya berbuka puasa di stasiun Manggarai dengan sekaleng minuman badak. Singkat cerita, saya melanjutkan perjalanan ke stasiun Kota dan sampai di sana sekitar pukul mendekati waktu Isya, tidak lama setelah salat dan mencari-cari colokan untuk ngecas hp yang hasilnya nihil karena sudah penuh semua colokan dipakai dengan pengguna lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan saya keluar dari stasiun berharap bertemu yang lain namun hasilnya nihil juga. Yaudin, saya pulang lagi ke rumah. Sampai rumah sekitar jam sebelas malam. Karena ada gangguan lagi di commuter line saat perjalanan, akhirnya sampai rumah malam gitu. Sebelumnya saya sempat mampir sih ke Domino Pizza, beli sekotak pangan untuk dikunyah-kunyah bareng keluarga. 

Dan besoknya, hari Minggu saat ada undangan bukber bersama teman semasa SMK, saya tidak datang. Saya memilih untuk buka puasa bersama keluarga mengingat karena setelah hari Minggu itu, saya akan dikarantina kembali. 

Iya itu tadi sedikit cerita bukber gagal saya tahun ini. Hmm. Sudah antimainstream belum dengan kebanyakan orang yang bukber sering berhasil? 

Kalau kata Icha bukber berhasil adalah bukber asoy. 

Oh, iya untuk kalian yang ingin lihat serunya kumpul blogger Jakarta bisa kalian lihat di ig-nya deyacdp. Maaf tidak bisa melampirkan fotonya karena saya cemburu lihat keseruannya. :( hahhahaha. 

Bagaimana dengan bukber asoy kalian? 

Kamis, 16 Juni 2016

Dengan Youtube

Youtube youtube youtube lebih dari tv! Boom! Tapi, di youtube nggak ada jadwal magrib dan imsak. Boom! #gantilirik 

Ini bukan ganti lirik lagi. Ngerusak lirik iya. Ngomong-ngomong soal #gantilirik, jadi ingat, itu # pernah jadi TT -iya tete, kalian bener  kok bacanya- di twitter. Semua itu karena keseruan selebtwit yang ngajak pengguna twitter untuk main tete di waktu sahur Ramadan.

Maaf, maksudnya main # di waktu sahur.

Cukup  menghibur menemani waktu sahur sambil main #, yang tadinya ngantuk dan berat untuk makan bisa bikin ketawa ngikik dan males sahur maunya main # aja sampai kenyang. Apalagi yang sahurnya nggak ada tivi di rumah. Pentengin TL twitter seru juga. 

Balik lagi ke youtube. Sebelumnya kita bahas dulu arti youtube secara bahasa. Youtube itu terdiri dari kata you dan tube, you itu kamu, tube itu aku. Jadi yutube itu kamu dan aku yang menjadi kita. Iya garing. Nggak usah dijelasin, ya. Toh kalian pasti sudah tau apa itu youtube. Gini deh gampangnya, you itu kamu,  tube itu tabung. Simpulkan sendiri, ya, artinya apa. 

Dua Minggu lalu, lupa juga tepatnya kapan, cowo tomboy satu ini masih belum tau apa itu kalimat 'Youtube lebih dari TV'. Tapi, pernah tak asing dengan deretan kata-kata itu. Apalagi, waktu di Cinema XXI bareng Nyokap saat mau nonton AADC2, kalimat 'youtube lebih dari tv' itu sempat tertangkap di thriller film Modus. Namun, sayang belum nonton film Modus. Btw, film  Modus bagus, nggak? Kalau bagus nanti mau nyari di Youtube. Siapa tau ada. Cz, film Relationshit-nya Alit sudah ada full filmnya di youtube. 

Awalnya ngira kalau yang boom boom itu lagi ramai bahas film Modus. Tapi, saat main ke twitter ternyata bukan tentang film Modus yang sedang jadi buah bibir. Melainkan lagu GGS (ganteng ganteng swag) dalam film Modus. Bentar deh. ini tulisan saya nggak jelas banget, ya. Sebenarnya mau bahas kebiasaan saya menggunakan youtube sebagai apa. Tapi, malah cerita ke mana mana. Sebelumnya mau komen dikit ah tentang lagu 'youtube lebih dari tv'. Menurut saya lagunya oke, enak juga untuk di dengar. Iya walaupun liriknya kurang guna sama sekali. Tapi, Kenapa ada yang nyinyirin lagu itu, ya? 

Lanjut deh ke bahasan yang biasa saya dilakukan saat browsing ke youtube. 

Satu. Tempat nyari dan download lagu 
Ini kelakuan yang sering saya lakukan. Biasanya kalau ada lagu yang enak dari radio atau rekomendasi dari seseorang, saya suka download lagunya dari youtube. Video clip-nya diconvert menjadi mp3 melalui website atau dengan bantuan add-ons di Mozilla. Mungkin awalnya kelihatan ribet dan makan kuota harus buka youtube dulu. Tapi, menurut saya ini lebih efektif dan efisien apalagi downloadnya yang official. Berasa ori deh padahal ini termasuk ilegal juga. Selain itu, saya memilih download lagu lewat youtube karena kadang kalau searching lewat google masuknya ke website yang banyak iklannya. Alhasil suka terkecoh dengan link download atau berhasil download tapi, lagunya jadi versi remix dangdut koplo. 

Dua. Tempat nonton siaran ulang tv
Iya nonton tv lokal yang siaran ulang bisa lewat youtube. Memang tidak semua saluran tv akan mengunggah acara tvnya ke youtube tapi, pasti suka ada orang yang mengunggah acara tv ke youtube. Kecuali channel Net, dia memang memanfaatkan youtube sebagai salah satu media penyimpanan untuk mengabadikan program program salurannya. Salah satu program Net yang suka saya tonton ulang  kalau lagi ada kuota bonus adalah The Comment dan To Night Show. Program talkshow yang menghibur untuk saya apalagi bintang tamunya cakep-cakep. Makin betah deh nontonnya. 

Tiga. Tempat nyari film  
Youtube juga biasanya saya gunakan untuk nyari film film Indonesia yang lawas, film layar lebar yang lawas pun suka saya tonton dan download dari sini. Ada lagi film yang lagi trend  sekarang. Film keseharian berupa Vlog. Hmm. vlog itu termasuk film juga, nggak sih? Iya pokoknya saya juga suka nonton Vlog gitu deh. Apalagi chanelnya Arief Tipang. Seru lihatnya. Tapi, lama lama kaya gimana gitu. Kaya kepikiran masih pacaran aja sudah pamer pamer apa tau.
Etdah ini mah emang saya-nya aja kali ya yang sirik lihatnya. Tapi, mereka kece sih, tetap suka lihatnya. 
Di youtube nggak cuma untuk nyari film, buat nyari dan nonton video clip kesukaan juga saya lihat lewat youtube. Kalau dulu sering cari cari clip dari lagu dan band kesukaan. Terus didownload dan disetel di rumah sambil niru niru gaya nyanyi lagu itu. Mulai dari yang pura pura scream sampai pegangin sapu buat dijadikan mic atau gitar. Dan akhir-akhir ini, saya lagi suka lihat creator musik EDM karya Kaskobi. Arasemen lagu EDM-nya hacep tenan. 

Empat. Tempat pembelajaran
Bagian ini saya lakukan waktu praktik ngajar di slb tunanetra. Saya menggunakan youtube sebagai media audio penyampaian materi. Suka kasih kasih tugas untuk menyimak apa yang ada di dalam berita yang ditayangkan pada youtube dan minta siswanya untuk menyampaikan kembali isi beritanya.

Jadi kesimpulannya, setuju deh saya kalau youtube itu lebih dari tv.

Kamis, 09 Juni 2016

Kura-kura Makan Lontong

Ramadan gini enaknya nulis apa, ya? 
Mungkin sudah banyak, ya, yang nulis tentang Ramadan dari tahun ke tahun atau tentang keseruan Ramadan. Mulai dari perang sarung, bukber atau bubar, ngabuburit, sampai menjadi anggota PPT (Para Pencari Takjil). Di tempat ini yang usianya masih seperti jentik nyamuk, kayanya belum ada bahasan Ramadan gue dari masa ke masa. Atau sudah ada, ya? Gue nggak ingat. :(

Lusa yang lalu, Icha ada usul ngajakin bikin tulisan yang bertema Ramadan gitu. Hmm. Waktu itu juga pernah ngadain tulisan bertema. Bahas makanan. Sempat kecil hati juga saat bandingin diri dengan teman-teman di WIDY yang usia blognya sudah lebih dari setahun. Pasti blog mereka sudah banyak bahasan topik yang diulas di sana. Apalagi mereka sudah punya gaya tulisan sendiri. Wulan dengan cerita gesreknya yang kelakuannya keda-keda ae minta disundul manja, gemesin (etdah, ini gue genit amat), Icha dengan cerita binalnya yang  dikaitan ke film atau lagu kesukaannya, dan Yoga dengan cerita keseharian yang suka ada mesumnya. Setidaknya itulah mereka menurut gue. Kalau gue? Bebas deh suka suka aja. Ngalor ngidul kanebo,

Balik ke awal. Ramadan. Gue dan Ramadan? Coba gue ingat-ingat aja, ya, hal tentang kilasan Ramadan gue dari SD sampai 2016 ini. 

Satu. Saat SD
Sama kaya anak SD kebanyakan, sewaktu Ramadan tiba, puasa gue selalu setengah hari. Puasa yang kalau azan Zuhur atau Asar sudah berbuka. Bahkan sempat juga baru jam sepuluh pagi sudah makan siang. Pernah sudah berniat untuk puasa satu hari, cuma saat azan Zuhur lewat beberapa jam dikit, gue langsung nangis mewek ke Ibu. Nggak kuat. Lemes. Kapok. Minta udahan puasanya. 

Ada hal nakal waktu zaman SD saat lagi puasa, saat Ibu pulang belanja-belinji kue lebaran, gue bantu-bantu ibu beresin kuenya. Masukin kue ke dalam toples. Keesokan harinya saat ibu lagi tidur atau ke pasar, gue ada sembunyi-sembunyi buka toples kue lalu diambil serauk kepalan tangan dan diumpetin dibawah bantal kasur di kamar. Gue makannya dikit-dikit. Satu satu. Nggak langsung habis. Dan itu ada waktunya juga. Tiap satu jam gue balik ke kamar buka bantal dan makan satu kue yang tersimpan anggun di bawah bantal. Keluar dari kamar pura-pura lemes dengan tampang polos. Tapi, memang masih lemes dan laper. Gitu terus kelakuan gue sampai kue di toples tinggal setengah. 

Itu kelakuan waktu siang hari puasa, beda saat malam hari. Saat salat tarawih tiba, gue sangat mengharapkan salat tarawih selesai dengan cepat. Karena gue mau melanjutkan episode dari film Tuyul dan Mba Yul. Iya buku agenda kegiatan Ramadan memang ada tapi, kadang gue isi dengan satu paragraf selembaran salat Jumat. Praktis. Nggak ribet.

Bagian yang gue suka saat masih SD ini adalah jika salat tarawihnya full bakal dikasih angpau sama pak ustad. Mantap. Cari duit gampang. Cukup rajin salat, terus menjelang malam takbiran dapat amplop jadi bisa jajan buat beli gambaran satu gerobak.

Dua. Saat SMP
Masuk usia SMP. Ramadan gue mulai agak nakal. Pulang sekolah, gue ngabuburit ke warnet cari-cari penampakan yang bikin berdebar. Kaya buka situs primbon. Lihat foto hantu-hantuan yang berlenggak-lenggok dengan indah di bawah pohon kecapi. Dan kadang suka kacau juga gue, kalau misalnya gue nyasar ke situs yang ada kura-kura makan lontong. Lihat kura-kura makan lotong di sana. Bahkan pernah nonton secara berjamaah. :((

Kalau malam harinya seusai salat tarawih suka main ikut-ikutan perang sarung  atau petasan. Baris di bagian paling belakang. Saat yang depan mundur, yang belakang maju. Tapi, gue takut kena pukul. :( paling gue maju dibalik teman yang badannya lebih besar atau cari lawan yang badannya lebih kecil dari gue. Cari lawan anak SD, misalnya. 

Bagian serunya nggak cuma saat kumpul dengan teman selepas salat tarawih. Salat tarawih di masjid yang berbeda juga seru. Apalagi salat ke masjid yang ada jajanannya. Yang mau malam mingguan syariah bisa nih manfaatkan event ini. Ngajak pasangan makan bareng dekat dengan masjid. Selesai makan, salat bareng deh. Itu masjid sudah kaya pasar kaget. Banyak jajanan dan penjual. Gue yang baru selesai salat isya suka keluar masjid dulu beli jajanan lalu makan sambil dengar ceramah Ramadannya dari luar masjid. Mantap. Berasa di cafe-cafe. Pak Ustad dengan khidmat menyampaikan nasihat, kita juga yang anak kecil tidak kalah khidmatnya makan jajanan sambil nyimak nasihat Ustad. Urusan buku agenda Ramadan itu bisa lihat dari selembaran khatbah Jumat di masjid. Tulis satu paragraf. Jadi kalau dibaca itu buku Ramadan gue tiap harinya sudah kaya sinetron. Kepotong potong isi ceramahnya dan kalau disimpulkan itu cuma ada satu ceramah aja. :(

Tiga. Saat SMK
Di tahun SMK itu, Ramadan gue lebih banyak ibadahnya (baca: tidurnya). Waktu SMK itu pulangnya jam-jam sore. Ena puasanya jadi nggak terasa, pas sampai rumah sudah azan Magrib. Tapi, cape juga sih. Di jam-jam pelajaran siang, gue suka tertidur di kelas. Padahal duduk di barisan paling depan. Dua sampai tiga baris dari depan kebanyakan ada juga yang tidur selain gue. Entah ini siapa yang mulai. Tiap selesai mencatat pelajaran langsung taruh tas di atas meja dan tidur di atasnya. Namun, di tahun terakhir, gue merasa bersalah dengan guru BP dan PKN. :( entah mereka baik atau cuek sama gue yang ngakunya muridnya. Tiap yang tidur jarang kena tegur. Kita diacuhkan. Menyedihkan. Dan tak heran nilai PKN gue sewaktu awal masuk kuliah dapat nilai D. :(

Nggak cuma jadi orang yang banyak ibadah. Kadang tiap menjelang magrib gue suka jadi PPT. Pindah pindah masjid mencari takjil ena gretongan. Iya karena pulang sekolah suka kepalang Magrib. Akhirnya mampir ke masjid. Bantuin DKM-nya ngabisin makanan. Selesai itu pulang dengan bahagia.


Empat. Saat Kuliah
Selama kuliah, gue tinggal di asrama sampai sekarang. Bisa dibilang tahun-tahun Ramadan gue yang penuh berkah ada di sini. Gue mulai suka bercumbu dengan Al-Quran. Iya ini harus. Kalau nggak gitu nanti gue nggak dapat izin pulang ke rumah. Nggak ada lebaran di rumah. 
Nggak cuma baca Al-Quran, gue juga pernah ikut-ikutan itikaf. Pura-pura jadi peserta itikaf. Berdiam diri dalam masjid di sepuluh terakhir bulan Ramadan. Iya ini karena ngejar khatam Al-Quran, juga ikut-ikutan pungut berkah cari malam lailatul qadr. Menurut gue ikut itikaf itu seru. Setidaknya setahun sekali gue mesra-mesraan sama Tuhan yang sudah mengizinkan untuk mengenal kamu dan tinggal dibumi-Nya.

Jadi? Sudah berapa ayat Al-Quran yang dibaca hari ini? 

Kamis, 02 Juni 2016

Apa kabarmu?

Assalamu'alaikum.

Huh. Sudah lama tidak ke sini, kira kira ada kabar apa saja yang baru dari dunia blogger? Semoga kalian masih tetap senantiansa konsisten kasih makan blog kalian, menjadi penulis untuk blog kalian serta menikmati proses menulis juga berbagi cerita di blog kalian. Ini ada yang tanya tanya gue ke mana, nggak? Oke, ini gue ke ge-eran.

Pasca gue selesai skripsian, gue jadi jarang main ke blog dan jarang menulis juga. Mungkin niat dan tujuan gue menulis belum kuat. Boleh dibilang, gue punya blog ini karena ingin cari kesibukan selain skripsian dan juga untuk belajar menulis agar terbiasa menulis pada halaman halaman skripsi. Genre menulis di blog dan skripsi memang berbeda. Tapi, menulis di blog menurut gue merupakan salah satu mediasi untuk latihan tulis menulis.

Dari blog, gue kenal dengan teman-teman baru, seperti Yoga dan Tiwi. Dari mereka gue belajar mengenal  apa itu EYD. Eh, tapi katanya sebutannya bukan EYD lagi sekarang. Ada yang tau kah? Kemudian dari blog, gue kenal dengan Icha Hairunnisa yang menghasut gue masuk ke dalam komunitas tukang nonton di bioskop sendirian. *emang ada, ya? Mbuh. Dan kenal dengan teman teman blogger lainnya. Dari blog juga, gue mengenal itu cinta, bertemu dengan cinta. Rahayu Wulandari Ibrahimelya.

Ini ada yang tau kah, gue lagi dekat dengan doi beberapa bulan terakhir? Gue kenal dengan Wulan di bulan Agustus tahun lalu. Awalnya gue panggil Wulan dengan sebutan Kakak. Ternyata  aslinya gue lebih tua dari dia. Singkat cerita karena semakin ikrib, hampir tiap waktu kita saling bertukar cerita. Namun, semua berubah karena gue jahap sama dia.

Bayangkan saja, selama ke-ikriban kita terjalin, gue tidak menyandangkan status padanya sebagai pacar gue. Gantung bangetkan. Kaya jemu baju digantung. Jahap. Memang. Sorakin gue rame rame, yuk.

Baca juga: Uni Dzalika

Wulan begitu baik kepada gue. Dia setia selalu  mensupport gue menyelesaikan skripsi. Tapi, apa yang gue beri ke dia selain air mata kesediahan yang ia tumpahkan karena kejahapan gue. Lalu kejahapan lainnya, gue tidak mengabadikan moment kebahagiaan  dengan tulisan saat jumpa dengan Wulan di rumahnya. Gue cuma bisa sedikit "pamer" dengan bercerita melalui foto profil twiter dan pos foto di-ig.

Sampai akhirnya, karena gue terlalu banyak bikin Wulan sedih, kisah gue dengan Wulan berubah menjadi lagunya Charlie Puth ft Selena Gomez yang judulnya We Don't Talk Anymore. 

Mau lanjut kah? Skip dulu, ya, ceritanya. Gue baper. Ada yang penasaran dengan kejadian saat gue jumpa dengan Wulan di rumahnya? Kalian bisa baca di blog Wulan yang judulnya 85 Jam. Insya Allah tulisan versi gue nanti dimuat.

Eh, iya. Kemarin Icha dan Wulan bertanya tentang keberadaan Yoga ke gue. Mereka kangen dengan Yoga. Ena banget, ya, Yoga. Dia menghilang ada yang nyariin. Kalau gue yang menghilang, apa ada yang nyariin gue?

Kabar terakhir yang gue tau tentang Yoga, dia lagi sakit. Dan itu dia masih sakit saat kemarin sore gue coba chat Yoga. Gue juga sempat lihat tweet-nya Uni Dzalika di twitter -yaiyale tweet itu di twitter- yang bilang kalau Yoga itu lagi kurang sehat sejak ganti branding menjadi AkbarYoga. Apa nama brandingnya nggak cocok, ya?

Sejak Yoga sakit, grup WIDY menjadi sepi mirip lagunya Charlie Puth ft Selena Gomez yang judulnya We Don't Talk Anymore. Jadi jarang ada convo lagi. Lah ngapa ke lagu itu lagi? Maaf, yang ngetik lagi eargasme dengan lagu itu.

Jadi, kesimpulan postingan ini, bagaimana kabar kalian para Blogger? Sudah menulis malam ini? Mohon terima gue, ya, untuk berkunjung ke rumah (baca: blog) kalian.

Terima kasih. 

Selasa, 19 April 2016

Cari Kamar

Gue itu anaknya nggak bisa nolak kalau ada yang minta bantuan. Iya dengan syarat ada uang lelahnya, upah gitu. Bahahahaha. Engak ding. Gue kalau kasih bantuan iya dipikir dulu selama waktu dan tenaga masih sesuai dengan kemampuan gue. Pernah dalam satu kesempatan sewaktu SMK dulu, gue gaya-gayaan jadi super hero penolong teman-teman yang sedang ujian kompetensi. Setiap ada yang panggil nama gue, gue selalu datang menghapiri mejanya. Mondar-mandir ke setiap meja dan memberi tau sedikit cara-cara penyelesaian ujian saat itu. Sementara hasil kerjaan ujian gue sendiri belum ada seperempat pengerjaan. Alhasil, gue tertingal dari yang lainnya dan saat batas waktu ujian sudah mendekati habis, gue mulai berteriak di depan kelas. Berteriak untuk tidak minta bantuan gue terus. Seusai berteriak itu jadi malu sendiri. Kenapa harus teriak, kenapa nggak dicuekin saja mereka dan fokus dengan tugas gue sendiri. Entah ini gue yang baik atau gue gampang disuruh-suruh.

Di bulan September tahun lalu, adik gue meminta bantuan untuk dicarikan tempat penginapan yang dekat dari kampusnya. Karena gue tidak ada kesibukan saat itu tentu gue harus bantu adik gue. Iya walaupun gue ada kesibukan, lebih baiknya memang harus bantu adik gue karena keluarga adalah orang terdekat.

Awalnya sebelum gue bantu cari tempat penginapan di sekitaran kampus, gue mencari tau dulu info ke teman-teman kampus. Ada beberapa yang memberikan info namun ternyata tempat penginapan itu sudah penuh. Akhirnya dengan berani, gue, Ayah dan adik gue mulai jalan menjelajah rumah-rumah di belakang kampus mencari rumah-rumah yang menyediakan kamar sewa. Di sepanjang perjalanan cukup banyak iklan brosur yang mengabarkan info kamar sewa. Gue dan adik mulai mencoba menghubungi nomer kontak yang tertera. Namun, ternyata beberapa tempatnya sudah penuh sampai akhirnya, gue bertanya dengan warga yang sedang santai di sekitar sana. Bertanya dan meminta bantuannya untuk dicarikan kamar sewa untuk perempuan. Iya karena adik gue ini perempuan. Melalui bantuan warga itu akhirnya adik gue dapat kamar sewa.

Terima kasih, ya, om, yang sudah bantuin gue, adik dan ayah gue.

Tidak lama tinggal di kamar sewa itu, adik gue memutuskan untuk pindah. Karena suasana kamar dan biayanya kurang sesuai dengan selera. Dan kebetulan ada kamar sewa yang lebih nyaman di gang sebelah, adik gue meminta ayah untuk pindah kamar sewa.

Setelah lihat-lihat dan karena mau buru-buru pindah, adik dan ayah melakukan nego untuk kemudian menemukan kesepakatan yang sesuai. Keesokan harinya, gue dan adik mulai melakukan pindahan membawa barang-barang keperluan adik gue selama tinggal di sana. Membawa tiga tas gede, satu lemari plastik, dan satu kasur lipat lantai.

“Aa, lemari plastik dan kasurnya biar ayah dan aa saja besok dibawa lagi” tawar adik gue.
“Kelamaan kalau tunggu ayah, mending sekarang langsung selesai hari ini juga” ucap gue yang memang meles bolak balik.
“Terus ini gimana mau bawa kasur dan lemari plastiknya? Sudah berat tau dengan tas segede gaban gini” kata adik gue yang sepertinya nggak mau.
“Ini enteng tau, lemarinya ditiduri pegang bagian ujung masing-masing dan kasurnya ditaruh di atasnya” jawab gue dengan yakin memberi solusi.

Beruntung sekali tidak terlalu jauh lokasi kamar sewa yang lama dengan kamar sewa yang baru. Padalah gue sudah pegel bawa barang-barang. Sesaat mau sampai kamar sewa yang baru di gang sebelah, kasur lipat di atas lemari yang ditiduri itu jatuh ke jalan. Adik gue marah kesal sambil ketawa, dia menyalahkan gue karena tidak pegangin kasur lipatnya.

Oke. Gue tau kenapa gue yang disalahkan. Karena gue cowo. Katanya cowo itu selalu salah.
Tapi, masa iya.

***

Memilih dan mencari kamar sewa memang tidak terlalu mudah. Menariknya, gue baru saja ketemu dengan website serumah.com sebuah website penyedia layanan untuk mencari dan mengiklankan kamar sewa. Melalui website ini, mahasiswa atau profesional muda dengan mudah untuk mencari dan menemukan kamar sewa yang sesuai selera serta kebutuhannya. Pertimbangan dalam memilih kamar sewa melalui website ini dapat lebih mudah, seperti gambaran suasana kamar, biaya, ataupun teman berbagi kamar dapat ditinjau lebih dahulu tanpa perlu berkunjung ke tempatnya langsung. Selain itu pemilik kamar sewa juga bisa mengiklankan kamar sewanya melalui website ini. Dalam website ini juga ada fitur bernama Cari Teman Sekamar, sebuah layanan untuk membantu menemukan teman sekamar berbagi kamar sewanya. Jadi, biaya sewa kamar bisa ditanggung dengan dua orang.


serumah.com
serumah.com


Untuk kalian yang ingin mencari dan mengiklankan kamar sewanya, silakan coba main ke website serumah.com siapa tau cocok.

Kini kemajuan teknologi dan internet semakin tak terduga. Bahkan mencari kamar sewa kini ada websitenya sendiri. Bahkan ada juga yang jualan kerupuk, tahu, serta cabe kriting dibantu dengan jasa internet. Kira-kira hal menarik apalagi, ya, yang ada di internet?

Kamis, 07 April 2016

Sepotong Hati di Segelas Milkshake Cokelat Episode ke- XI

 Episode sebelumnya bisa dibaca di Wulan, Icha, Yoga atau di sini.

***
Episode ke- XI

“Mei?” kata Agus kaget. Tamu yang tidak disangka-sangka. “Ada apa, ya?”
“Januar-nya ada?”
Agus tidak menjawab pertanyaan itu. Ia langsung mempersilakan Mei untuk masuk dan menyuruhnya duduk. “Gue tinggal dulu ke dapur, ya. Tadi lagi masak air.”
Mei kemudian menunggu di ruang tengah karena rumah Agus memang tidak ada ruang tamunya. Ia duduk di sofa berwarna abu-abu yang panjangnya kira-kira muat untuk tiga orang. Sebagian rambut dan pakaian Mei yang basah karena sedikit kehujanan pun ikut membasahi sofa itu.
Sesekali Mei memerhatikan suasana rumah Agus. Begitu sepi. Ia pun mulai memandangi jejeran foto keluarga Agus yang terletak di dinding dan di bufet. Mei berdiri dan mendekati foto yang menempel di dinding. Terlukis senyum di bibirnya saat melihat kebersamaan keluarga mereka. Apalagi di foto itu, Januar kecil sedang merangkul adiknya, terlihat begitu menggemaskan. Lalu, Mei mengalihkan pandangannya ke foto-foto di atas bufet. Ada foto close up Januar balita sedang tertawa dan tidak melihat kamera. Melihat foto lucu itu, Mei pun memotretnya secara diam-diam menggunakan ponselnya.
“Maaf ya, lama,” ujar Agus mengagetkan Mei. “Lu ngapain deh berdiri di situ?”
“Ng... nggak, kok,” jawab Mei sedikit panik. Mei menatap kagum ke arah foto Januar balita sambil memasukkan ponselnya ke saku celana sebelah kanan tanpa sepengetahuan Agus. “Ini cuma lagi lihat-lihat foto Januar, dia dari kecil ternyata sudah Gganteng, ya.”
Agus  hanya tersenyum, tidak curiga sedikit pun kepada Mei yang tingkahnya seperti seorang pencuri. Walaupun sebenarnya memang seorang pencuri. Pencuri hati Agus dan Januar. Lalu, Agus menghampiri Mei dan menyodorkannya secangkir teh hangat yang manis. Agus tidak jadi memasak mi instan, airnya ia pakai untuk membuat teh.
“Diminum tehnya, ya.”
“Makasih,” kata Mei, lalu meminumnya.
Agus membalikkan badan, meninggalkan Mei sejenak untuk mengambil sesuatu dan membiarkan Mei melihat-lihat foto.
“Keringin dulu nih rambutnya,” kata Agus memberikan handuk kecil kepada Mei. “By the way, abang gue dari kecil emang udah cakep. Pinter pula. Gak kayak gue,” lanjutnya.
Kini, Agus kembali merasa cemen. Ia mendadak pesimis. Merasa kalau memang tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya jika dibandingkan dengan Januar.
“Hus!” ujar Mei. “Gak boleh ngomong gitu, ah. Setiap manusia lahir dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.”
“Tapi gue nggak ngerasa punya kelebihan,” ujar Agus semakin pesimis.
Mei masih menyapu rambutnya yang basah dengan handuk sambil memandangi wajah Agus. Memerhatikan kalau sebenarnya Agus juga cukup tampan. “Gak mungkin. Lu belum sadar aja sama kelebihan dalam diri lu. Hm... menurut gue, lu itu cowok yang baik. Itu sebuah kelebihan, kan?”
Iya, Agus memang laki-laki yang baik. Kalau tidak baik, mungkin dirinya sudah memerkosa Mei. Kebetulan rumahnya saat ini memang sedang kosong dan sepi hanya ada mereka di dalam rumah, apalagi ditambah cuaca yang mendukung. Namun, Agus tidak akan berbuat demikian. Ia tidak senista itu.
“Baik itu relatif, Mei,” sahut Agus. “Januar itu beda deh sama gue. Dia...,” Agus menarik napas panjang dan ingin meneruskan ucapannya, tapi ia sadar kalau ucapannya nanti hanya akan membuat dirinya semakin rendah di mata Mei.
Mei hanya manggut-manggut, kemudian melepaskan pandangan dari jajaran foto dan kembali duduk di sofa. Agus memerhatikan bibir mungil Mei yang meniup-niup kecil teh hangat yang dipegangnya. Kini, Agus ikutan duduk di sofa bersebelahan dengan Mei.
“Lu kenapa sampe nekat dateng ke rumah, sih?” tanya Agus. “Bukannya sudah tau, kalau kakak gue akhir-akhir ini sering pulang telat karena lembur?”
Sontak Mei meletakkan cangkir teh yang sedari tadi digenggamnya ke meja. Matanya menatap nanar Agus. Bibirnya yang sedari tadi sibuk dengan upaya mendinginkan teh yang masih cukup panas, kini ia gunakan untuk melontarkan ucapan, “Entahlah. gue merasa, Januar menghindar dari gue akhir-akhir ini, Gus.”
“Masa, sih?” tanya Agus, sedikit ragu.
“Iya. Tadi, gue dateng ke kantornya, tapi dia nggak ada. Kata beberapa karyawan di sana, dia sedang izin keluar kantor sejak siang hari.”
“Terus lu langsung mikir dia pulang? tanya Agus. “Udah lu coba telepon dia?”
“Ya, emang dia mau ke mana lagi? Makanya gue langsung ke sini. Ternyata sama aja. Nggak ada. Dihubungin lewat apa pun juga nggak ada respons. HP-nya dimatiin,” jawab Mei dengan kesal campur sedih.
“Waduh. Ke mana, ya, tuh anak?!” Sebuah pertanyaan retorik yang tidak memberikan solusi apa-apa.
Mei hanya mengangkat bahu. Agus pun penasaran dan mencoba menelepon kakaknya. Tapi sayang, HP-nya masih belum aktif juga.
“Apa dia selingkuh, ya?” tanya Mei tiba-tiba.
Agus jadi teringat akan malam itu, malam ketika mendengar kakaknya teleponan dengan entah siapa di sebrang telepon sana. Saat itu, ia juga berpikir kalau kakaknya selingkuh. “Waduh, lu jangan ngomong gitu dong. Jangan mikir yang enggak-enggak,” ujar Agus mencoba menenangkan hati Mei. Agus sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menjelekkan kakaknya.
“Tapi udah tiga hari ini dia suka ngilang. Dan hari ini malah nggak ada kabar dari pagi.”
Ketika Mei terus berkeluh kesah dan berpikiran yang bukan-bukan tentang Januar, Agus mencoba untuk tetap membela kakaknya dan membuat Mei agar tidak negative thinking. Agus menyimpulkan kalau Januar sedang ada meeting dengan klien di luar kantor, makanya Januar menonaktifkan ponselnya karena tidak ingin adanya gangguan, termasuk dari pacarnya.
Mei berusaha untuk memercayai apa yang Agus katakan, namun karena tidak mampu menahan kesedihannya, kini gerimis juga ikut turun di sudut matanya. “Padahal hari ini dua tahunan kami jadian, tapi Januar gak bisa sebentar aja ngeluangin waktunya buat gue,” ucap Mei dengan terisak dan reflek memeluk Agus sambil menangis.
Agus tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ada rasa nyaman dan bahagia yang tercampur dengan rasa bersalah. Tidak pernah menyangka kalau pacar kakaknya (yang juga ia sayangi) akan memeluk dirinya. Senyum Agus mulai mekar, wajahnya sedikit memerah. Agus mendengar dengan jelas isakan Mei. Ia juga mulai merasakan kalau kaosnya agak basah. Agus tetap membiarkannya. Barangkali hal itu dapat membuat Mei lega.
Setelah beberapa saat, Mei pun melepas pelukannya. “Maaf, Gus.”
Agus bergeming. Ada kecanggungan di antara mereka.
Setelah hening beberapa saat, akhirnya Mei memutuskan untuk pulang. Hujan di luar mulai mereda. Jam juga sudah menunjukkan pukul 20.45. Agus kemudian menawarkan diri untuk mengantarkannya.
***
Agus dan Mei masih saling diam sepanjang perjalanan. Mei tidak berbicara apa pun selain memberi tahu arah rumahnya. Agus juga masih takut untuk mengajaknya mengobrol. Situasi ini cukup membingungkan bagi Agus.
“Gus, kiri-kiri.” Tiba-tiba Mei menyuruh Agus untuk menepi. Agus jelas kaget, ia merasa seperti tukang ojek. Tapi, dengan lugunya ia tetap menurut. Agus memelankan laju motornya dan memilih untuk berhenti.
“Ada apa, Mei?” tanya Agus, begitu motornya menepi ke pinggir jalan.
Mei langsung turun dari motor, kemudian memilih duduk di halte. Agus pun mengikutinya. “Gue sebenarnya nggak pengen pulang dulu, Gus. Ada sesuatu yang mengganjal di hati gue.”
“Ada apa?” tanya Agus bingung bercampur rasa penasaran.
Mata Mei mulai gerah, berkaca-kaca, dan perlahan embun menetes dari matanya. Di saat itu juga, rintik hujan kembali membasahi bumi.
“Jangan nangis lagi, dong, gue nggak punya balon,” ujar Agus.
Mei berusaha menghapus air matanya. Ia menarik nafas, lalu berkata sambil tersenyum, “Menurut lu, kalau seandainya gue minta putus sama Januar, itu terlalu berlebihan gak, sih?”
Sontak Agus membelalakan matanya dan fokus ke wajah sendu Mei. Ucapan itu sungguh membingungkan. Membuat perasaan Agus terbagi menjadi dua kubu; di satu kubu  Agus turut sedih, di  kubu lainnya ada sedikit harapan dan keinginan kalau kenyataan itu akan terjadi.
“Gus, Agus? Lu kenapa bengong?” tanya Mei melihat Agus yang diam saja dan tidak merespons.
“A—apa?”
“Wah, lu mikir jorok, ya? Hahaha,” ledek Mei.
“Kagak-kagak.”
“Hahahaha. Halah. Terus?”
“Kagak. Sumpah deh!” ujar Agus membela diri.
“Parah. Gue lagi curhat juga. Dasar mesum! Hahahaha.”
Mei menyemburkan tawanya di hadapan Agus sambil perlahan-lahan menghapus air matanya. Tawa yang awalnya terdengar dipaksakan, tapi lambat laun menjadi tawa yang lepas dan tanpa henti. Melihat itu, Agus tidak dapat berkata apa-apa lagi. Bukan karena ia malu telah dituding mesum oleh Mei, tapi karena ia tak mau merusak pemandangan indah itu.
Kapan lagi bisa melihat bidadari tanpa sayap tertawa selepas ini? batin Agus sambil mengulas senyum.
Layaknya peri hujan, kesedihan Mei itu seolah mampu mengundang langit memanggil hujan. Dan tawanya kembali mencerahkan langit. Perlahan hujan reda kembali. Mei pun sampai lupa dengan pertanyaannya barusan.

***
Tepat pukul 22.00, Mei telah sampai di rumahnya. Di depan gerbang, Mei menawarkan Agus untuk mampir sebentar. Agus berusaha menolak, tetapi Mei terus memaksanya. Mau tidak mau, Agus pun masuk ke rumah. Namun, begitu mereka berdua memasuki rumah, di teras tampak seseorang yang mereka kenal dengan baik. Seorang laki-laki mengenakan kemeja berwarna abu-abu yang lengannya digulung hingga siku dan celana bahan hitam sedang duduk di teras.
“Januar, apa yang kamu lakukan ke saya itu jahap!,” kata Mei pelan. Mei pun berlari mendekati Januar.
Sudah setengah jam Januar menunggu kedatangan Mei. Ia segera berdiri menyambut kedatangan Mei.
“Kamu ke mana aja? 14 jam aku menungggumu.” tanya Mei.
Januar tidak menjawab.
“Kamu jahat!” kata Mei kesal. Setelah itu, Mei langsung memeluknya. Karena pelukan Mei terlalu kencang, Januar pun tidak sengaja menjatuhkan sesuatu yang dari tadi digenggamnya. Sebuah kotak kecil berwarna merah. Mei melepas pelukannya dan melihat ke arah kotak itu. Januar segera menunduk dan mengambil kotak itu. Januar tidak langsung berdiri, ia malah berlutut di hadapan Mei. Januar segera membuka kotak itu dan memperlihatkannya ke Mei. Isi kotak itu adalah sebuah cincin. Ya, Januar bermaksud mengajak Mei bertunangan. Januar ingin serius dengan Mei.
Will you marry me?” tanya Januar.
Air mata bahagia pun mengalir dari mata Mei. Mei tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia hanya bisa mengangguk sambil menutupi rawut wajahnya yang penuh air mata itu. Dari pagi ia tidak  mendapatkan kabar dari Januar, namun malamnya ia dilamar. Sungguh kejutan yang luar biasa.
Di kejauhan, Agus menyaksikan semuanya. Ia sudah sepenuhnya sadar kalau Mei memang ditakdirkan dengan kakaknya. Bukan dirinya. Ada ingatan yang dengan tiba-tiba menusuk isi kepala Agus. Sebuah peristiwa minggu lalu, di pagi yang penuh luka dan duka.

Rabu, 02 Maret 2016

Terima Kasih

Gaes, akhirnya gue bisa menyelesaikan masa studi strata-1 dan menjemput toga wisuda. Lalu, menyandang gelar S.Pd. Sarjana Penuh doa. Setelah sembilan semester gue lalui dan di semester itu, gue menjadi asing dengan ligkungan kampus karena teman-teman angkatan kebanyakan sudah pada lulus di semester tujuh dan delapan lalu.

Secara jasad, gue mungkin berjuang sendirian untuk dapat menyelesaikan skripsi. Namun, dibalik perjuangan itu ada doa yang menguatkan gue. Doa dari orangtua, saudara dan lingkungan main gue, serta doa dari dia.

Semua berawal dari percakapan chat di tahun lalu dengan dia. Malam itu, gue lagi cerita tentang dorongan melanjutkan studi starta-1 karena permintaan orangtua, lebih tepatnya karena permintaan bokap. Iya karena gue lulusan dari SMK, seperti kebanyakan anak-anak tamatan SMK umumnya besar harapan gue untuk langsung kerja. Namun, bokap meminta gue untuk kuliah. Mulai ada keluhan gue menjalani perkuliahan saat itu.

Dan sampai akhirnya, dia memberikan gue saran serta dorongan untuk segera menyelesaikan studi strata-1 yang sedang gue tempuh. Karena mendapat perhatian penuh dari dia, gue yang dengan yakin berjanji untuk Maret tahun 2016 ini untuk wisuda. Hampir tiap Minggu, gue laporan kepada dia progres perkembangan pengerjaan skripsi. Selain dengan dia, gue juga laporan kepada orangtua.

Setiap kali kembali ke lapangan peneliatan, bimbingan dengan dosen, revisian, menunggu jadwal sidang, pelaksanaan sidang, sampai pengumuman nilai sidang saat yudisium kesemua-mua keseharian, gue ceritakan kepadanya.

Ditengah pengerjaan revisi dan revisi, dia selalu mensupport gue. Setiap hari, dia memberikan gue ucapan semangat dan tentu selain itu, gue yakin dia juga mengirimkan doa untuk kelancaran segala urusan gue. Tiap kali gue lelah dengan revisian suntuk dengan microsoft word, dia lagi lagi memberikan perhatian penuhnya kepada gue. Memberikan semangat, ngirimin rekaman dia nyanyi, sampai rekaman video dia kirim juga untuk gue. Kadang dia juga berbagi ceritanya kesehariannya yang memang selalu gue tunggu. Cerita dia yang selalu ada-ada saja tingkahnya, mulai dari kebiasaanya dia di rumah, di kantor, di kampus, dan di jalan atau sepulang dari pasar.

Tidak hanya itu, dia juga sempat tidur larut malam lalu membangunkan gue untuk mengerjakan revisian. Mengingatkan gue akan jadwal bimbingan, sampai mengingatkan gue untuk mandi. Dan akhir-akhir ini, gue dan dia suka saling membangunkan untuk salat di sepertiga malam.

Hmm. Rasanya banyak kebaikan yang dia beri. Sampai ada hal lucu yang gue rasakan, yang menggerogoti sekujur tubuh. Menjalar dari satu titik di dada kemudian menyebar dengan cepat ke setiap jengkal tubuh gue. Dan ada juga rasa takut dari pikiran negatif gue. Sampai pada suatu malam, gue ngoceh di gurp WIDY. Kalau ingat itu bikin malu sendiri. Sebelumnya gue juga sudah utarakan ke dia. Mungkin sudah ada tiga empat kali gue mengatakannya ke dia. Namun, dia suka sekali menjawabnya dengan, “Tembak gue pakai pistol. Terus gue meninggal. Hahahaha. Jahat lu.”

Hmm. Ingin rasanya gue bikin puisi atau syair untuknya. Tapi, gue nggak bisa atau mungkin malu dan tidak percaya diri. :( hahahahah. Mungkin gue terlahir bukan sebagai pujangga.

Terakhir, inti dari tulisan ini kembali lagi kepada judulnya, gue mau mengucapkan banyak terima kasih kepada dia.

Terima kasih untuk ucapaan semangatnya. Dan yang paling terima kasih adalah, terima kasih sudah mengenalkan gue apa itu cemburu. Hahahahahaha. Ini sih karena gue-nya yang negatif thinking. Terima kasih sudah mengajarkan gue positif thinking. :))

Btw, tadi gue ada singgung tentang WIDY, ya? Gue jadi ingat kalau cerbung Sepotong Hati di Segelas Milkshake Cokelat karya WIDY sudah ada update terbarunya. Kalian bisa baca di sini.









Minggu, 14 Februari 2016

Yuk Bahas Makanan

Hari ini katanya palentin. Mau kasih cokelat, si dia malah mintanya akad. Kan repot. Oke ini nyontek dari ig-nya Wulan, gue bingung kalimat pembukanya. Intinya hari ini, gue mau bahas tentang jajanan alternatif yang kadang jadi nomer satu setelah wartengnya Ibu Suci. Sebelumnya, gue mau ucapkan terima kasih kepada teman-teman blogger, khususnya teman-teman di grup WIDY. Karena kalian sudah memancing gue untuk menulis lagi. Gue mengamati, -bohong amat, jarang bw juga lu, Dar- keseruan menulis di blog tidak ada hentinya. Malah makin ramai. Mungkin sebenarnya passion gue bukan di dunia tulis-menulis. Namun setidaknya, gue mau belajar menulis seperti kalian. Menulis itu seru, tidak akan membuat suaramu padam dibawa angin dan akan abadi sampai jauh di kemudian hari.

Kembali lagi ke topik awal, jajanan alternatif gue kalau istirahat di kampus selain beli makan di warteg Ibu Suci, opsi lain adalah beli makanan yang satu ini. Menurut gue, ini jajanan sehat dan rendah lemak. Kalian tebak, ya. Kompisisi dari jajanan alternatif gue ini dalam satu piringnya terdiri dari ketupat, tahu, bihun, toge, dan kadang suka ada timun lalu mereka semua dicampur jadi satu dengan bumbu saus kacang. Terkahir tambahkan kecap, taburan bawang merah goreng dan kerupuk. Iya makanan ini mananya ketoprak.

Setelah kemarin gue googling, gue baru tau kalau ketoprak ini berasal dari derah Jawa Tengah. Dan pemberian nama pada makanan ini berasal dari seorang pemuda yang ingin membuat menu makanan baru, Dia mencoba mencampurkan ketupat, timun, toge, bihun, dan tahu ke dalam bumbu saus kacang. Setelah makan itu siap saji, pemuda tadi belum punya pada makanan tersebut. Akhirnya ketika piring makanan itu jatuh dan mengeluarkan bunyi ketuprak, pemuda itu memberikan nama ketoprak pada makanan buatanya.

Ada yang khas dari pedagang ketoprak, yaitu dari penjual dan gerobaknya. Penjual dari ketoprak biasanya adalah seorang bapak-bapak, yang gue tahu cowo nggak bisa ngulek. Tapi, beda dengan penjual ketoprak. Bapak-bapak penjual ketoprak ini bisa ngulek bumbu kacang. Karena penyajian saus kacangnya harus diulek dulu. Jadi, untuk makan ketoprak ini harus menunggu waktu sedikit.

Ciri khas yang kedua adalah dari gerobaknya. Gue kalau lihat gerobak penjual ketoprak itu seperti sebuah kapal. Dan di tengah-tengahnya ada sebuah kotak kecil yang digunakan untuk tempat menaruh bumbu kacang, cabe, dan bawang. Penutup kotak kecil itu pakai lap dapur atau kain. Jadi, karena kesannya yang terlihat magis, waktu kecil dulu, gue kira di dalam kotak kecil itu ada kurcaci yang menjaga gerobak kapal sebagai penglaris dagangan ketopraknya. Dan penjualnya menyembunyikan kurcaci itu dibalik tirai kotak kecil yang seperti rumah.

Lalu di bagian depan gerobak ada wajan tempat menaruh tahu. Kadang kalau tahunya habis, kang ketoprak harus menggorengnya tahunya dulu. Selain bentuknya yang mirip kapal, warna pada gerobaknya juga mempunyanyi warna yang khas. Setiap penjual ketoprak kebanyakan warna gerobaknya itu menggunakan warna merah dan biru atau merah dan hijau. Mungkin maksudnya memberi warna merah karena gerobaknya berani tampil beda.


A photo posted by Darma Kusumah (@kusumah_darma) on


Nah, kira-kira ada ciri khas apa lagi, nih, dari ketoprak?
Atau kalian punya makanan yang suka jadi pilihan utama di waktu istirahat?
Coba kasih tau gue makanan apa yang jadi kesukaan kalian.