Rabu, 02 Maret 2016

Terima Kasih

Gaes, akhirnya gue bisa menyelesaikan masa studi strata-1 dan menjemput toga wisuda. Lalu, menyandang gelar S.Pd. Sarjana Penuh doa. Setelah sembilan semester gue lalui dan di semester itu, gue menjadi asing dengan ligkungan kampus karena teman-teman angkatan kebanyakan sudah pada lulus di semester tujuh dan delapan lalu.

Secara jasad, gue mungkin berjuang sendirian untuk dapat menyelesaikan skripsi. Namun, dibalik perjuangan itu ada doa yang menguatkan gue. Doa dari orangtua, saudara dan lingkungan main gue, serta doa dari dia.

Semua berawal dari percakapan chat di tahun lalu dengan dia. Malam itu, gue lagi cerita tentang dorongan melanjutkan studi starta-1 karena permintaan orangtua, lebih tepatnya karena permintaan bokap. Iya karena gue lulusan dari SMK, seperti kebanyakan anak-anak tamatan SMK umumnya besar harapan gue untuk langsung kerja. Namun, bokap meminta gue untuk kuliah. Mulai ada keluhan gue menjalani perkuliahan saat itu.

Dan sampai akhirnya, dia memberikan gue saran serta dorongan untuk segera menyelesaikan studi strata-1 yang sedang gue tempuh. Karena mendapat perhatian penuh dari dia, gue yang dengan yakin berjanji untuk Maret tahun 2016 ini untuk wisuda. Hampir tiap Minggu, gue laporan kepada dia progres perkembangan pengerjaan skripsi. Selain dengan dia, gue juga laporan kepada orangtua.

Setiap kali kembali ke lapangan peneliatan, bimbingan dengan dosen, revisian, menunggu jadwal sidang, pelaksanaan sidang, sampai pengumuman nilai sidang saat yudisium kesemua-mua keseharian, gue ceritakan kepadanya.

Ditengah pengerjaan revisi dan revisi, dia selalu mensupport gue. Setiap hari, dia memberikan gue ucapan semangat dan tentu selain itu, gue yakin dia juga mengirimkan doa untuk kelancaran segala urusan gue. Tiap kali gue lelah dengan revisian suntuk dengan microsoft word, dia lagi lagi memberikan perhatian penuhnya kepada gue. Memberikan semangat, ngirimin rekaman dia nyanyi, sampai rekaman video dia kirim juga untuk gue. Kadang dia juga berbagi ceritanya kesehariannya yang memang selalu gue tunggu. Cerita dia yang selalu ada-ada saja tingkahnya, mulai dari kebiasaanya dia di rumah, di kantor, di kampus, dan di jalan atau sepulang dari pasar.

Tidak hanya itu, dia juga sempat tidur larut malam lalu membangunkan gue untuk mengerjakan revisian. Mengingatkan gue akan jadwal bimbingan, sampai mengingatkan gue untuk mandi. Dan akhir-akhir ini, gue dan dia suka saling membangunkan untuk salat di sepertiga malam.

Hmm. Rasanya banyak kebaikan yang dia beri. Sampai ada hal lucu yang gue rasakan, yang menggerogoti sekujur tubuh. Menjalar dari satu titik di dada kemudian menyebar dengan cepat ke setiap jengkal tubuh gue. Dan ada juga rasa takut dari pikiran negatif gue. Sampai pada suatu malam, gue ngoceh di gurp WIDY. Kalau ingat itu bikin malu sendiri. Sebelumnya gue juga sudah utarakan ke dia. Mungkin sudah ada tiga empat kali gue mengatakannya ke dia. Namun, dia suka sekali menjawabnya dengan, “Tembak gue pakai pistol. Terus gue meninggal. Hahahaha. Jahat lu.”

Hmm. Ingin rasanya gue bikin puisi atau syair untuknya. Tapi, gue nggak bisa atau mungkin malu dan tidak percaya diri. :( hahahahah. Mungkin gue terlahir bukan sebagai pujangga.

Terakhir, inti dari tulisan ini kembali lagi kepada judulnya, gue mau mengucapkan banyak terima kasih kepada dia.

Terima kasih untuk ucapaan semangatnya. Dan yang paling terima kasih adalah, terima kasih sudah mengenalkan gue apa itu cemburu. Hahahahahaha. Ini sih karena gue-nya yang negatif thinking. Terima kasih sudah mengajarkan gue positif thinking. :))

Btw, tadi gue ada singgung tentang WIDY, ya? Gue jadi ingat kalau cerbung Sepotong Hati di Segelas Milkshake Cokelat karya WIDY sudah ada update terbarunya. Kalian bisa baca di sini.