Selasa, 29 Desember 2015

WIDY

WIDY, “Karena Nggak Mesum Itu Nggak Aseks”. Itu slogan yang gue ajukan untuk nama grup Line WIDY. Oke, karena khwatir dikecal oleh masyarakat, slogan itu tidak diberlakukan. Dan dirundingkan kembali untuk mencari yang lebih wajar didengar. Sesuai dengan musyawarah dan mufakat slogan yang dipakai adalah, Write, Read and Repeat Again. Setidaknya itu mirip mirip dengan nama grupnya, WIDY, Write Read and Repeat Again.


Write Read and Repeat Again
Write Read and Repeat Again

Sebentar, ini dari tadi gue sebut sebut WIDY terus. Sebenarnya WIDY itu apa, sih? Satu dua hari sebelumnya sahabat dan cemceman gue sudah bahas apa itu WIDY. Iya, WIDY itu adalah nama grup Line yang gue ada di dalamnya. Gue adalah salah satu membernya. Hmm. WIDY itu lebih dari grup, WIDY itu adalah rumah maya gue, WIDY itu adalah keluarga baru gue, WIDY itu adalah anak didik kami, anak yang baru berusia satu bulan.
Tepat tanggal 25 lalu anak kami, WIDY, ulang tahun yang ke satu bulannya. Iya, WIDY lahir pada tanggal 25 November bertepatan pada hari guru. Semuanya bermula dari mensyen-mensyenan di Twitter. Sampai akhirnya di waktu Zuhur lewat beberapa menit, Yoga punya gagasan untuk berpindah ke grup yang lebih privasi. Selang beberapa jam kemudian, Yoga bikin multiple chat di Line, inilah cikal bakal terbentuknya WIDY.
Dengan adanya WIDY, kadang di tengah penat penatnya akan hiruk pikuk kehidupan gue, WIDY selalu menyuguhkan bahan obrolan yang beberapa bisa mencerahkan. Mulai dari obrolan tentang kehidupan, karir, percintaan, dan hobi. Namun, ada juga obrolan yang bersifat hiburan seperti bahas film, musik, buku, tulis menulis, nasi padang dan cerita keseharian. Selain obrolan dan berceloteh ria, kadang WIDY juga memberikan sebuah permainan kata. Permainan kata yang pertama dimainkan adalah sambung kata untuk kemudian dilajutkan menjadi kata baru. Saat itu yang lagi nongkrong di WIDY ada Wulan, Icha dan gue, Darma. Yoga waktu itu lagi ada kerjaan jadi belum bisa ikutan main. Tapi, bukannya melanjutkan main malah bahas yang kalah dikasih hukuman apa.
Di minggu minggu berikutnya, Yoga mulai ajak main sambung kata dengan level yang lebih. Yoga ajak main sambung kalimat, cuma kalimatnya harus terdiri dari tiga kata lalu dua huruf terakhir dari kalimat tersebut harus disambung dan dibuat kalimat baru dengan tiga kata. Saat itu kami bermain dari pukul 10 malam sampai tengah malam jam 12. Di waktu tangah malam itu gue mulai pamit mengundurkan diri dari game itu karena gue harus melanjutkan bermalam dengan skripsi tercinta. Dan sesuai kesepakatan yang kalah harus foto jelek. Dan ini foto kekalahan gue.
Sebenarnya di tengah permainan itu kami sudah ada permainan sambung cerpen. Kami harus melanjutkan narasi cerita yang sudah diberikan oleh orang sebelumnya. Bagian yang seru dari sambung cerpen ini adalah kadang alur yang sudah direncanakan ternyata bisa tersampaikan oleh orang yang berikutnya jalan. Tidak hanya itu, keseruan lainnya kami tidak akan tahu ending dari cerpen yang kami buat ini. Cerpen yang sudah dibuat WIDY setidaknya sudah cukup panjang, sudah ada beberapa paragraf. Untuk saat ini kami masih melanjutkan cerpennya. Besar harapan gue cerpen ini bisa menjadi novel yang cihuy. Doakan saja, ya. Hmm, oke ini kenapa bahas cerpen yang nanti akan rilis Januari.
Sebelumnya, gue mau kenalin dulu siapa saja yang ada di balik WIDY ini. Iya, walaupun kalian sudah pada kenal tidak ada salahnya dong, gue memperkenalkan ulang. WIDY, Wulan Icha Darma Yoga, mereka ini adalah anak-anak manusia yang tertarik dengan dunia tulis menulis. Alasan kami suka dunia tulis menulis karena kami hanya bisa curhat dalam bentuk tulisan. Curhatan curhatan kami dieskpresikan dalam tulisan dan di pos dalam blog masing-masing. Selain untuk curhat kami juga menulis untuk menghilangkan rasa kesendirian kami dan menulis juga untuk berkarya. Kami berempat bertemu di dunia maya, semua berkat blog.

 Mungkin segini yang bisa gue ceritakan.  Dan yang penasaran sama cerpennya pantangin terus, ya, blog kami.

Rabu, 16 Desember 2015

Rumah Tak Bertuan

Hiatus dari kepenulisan blog itu membuat gue terlihat cemen. Iya cemen. Di profile blog gue, di sana sempat -atau sekarang masih, ya?- tertulis kalau gue bakal konsisten menulis di blog. Tapi, nyatanya itu hanya bualan gue. Huhuhuhu. Sedih.
Menurut gue, untuk bisa konsisten itu ada kuncinya. Selain disiplin, juga harus cinta sama yang kita tekunin. Karena kalau sudah cinta dari hal yang kita tekunin itu pasti tidak akan terasa berat untuk dikerjakan.
Gue yang baru saja dikasih cobaan tugas akhir sudah angkat dan melambaikan tangan ke kamera. Lalu mengabaikan serta angkuh terhadap blog sendiri. Padahal dari blog ini, gue dapat teman dan kenalan baru, dapat ilmu dan informasi baru, serta dapat gebetan dan pacar baru. Wkwkwkw. *samina-mine e-e wkwk e-e
Hidup ini kadang memang suka disudutkan dengan dua jalan. Dan terkadang pula memaksa untuk memilih salah satunya. Misalnya gue, dua jalan yang gue hadapi saat ini adalah pilihan untuk menulis tugas akhir atau blog. Keduanya sama-sama kegiatan menulis. Namun, seakan salah satunya memberatkan satu lainnya. Gue merasa, kalau gue menulis blog seakan membuang kesempatan untuk fokus ke tugas akhir. Oke ini terlalu berlebihan. Padahal keduanya bisa berjalan beriringan. Misal, pagi sampai siang buat ngerjain tugas akhir, dan malamnya buat nulis satu postingan. Hmm.
Seandainya blog gue itu makhluk hidup pasti dia akan menuntut gue kemudian berkata, " Darma, kamu datang ke aku saat kamu sedang jengah jengahnya dengan tugas akhir. Sekarang, kamu pergi saat aku sedang cinta cintanya sama kamu. Kamu jahat, Dar, aku ditelantarkan."
Hmm. Inti tulisan ini adalah, gue mau minta maaf sama blog gue yang ditelantarkan oleh tuannya. Hahahhaha.
Sudah, ya. See you.