Minggu, 14 Februari 2016

Yuk Bahas Makanan

Hari ini katanya palentin. Mau kasih cokelat, si dia malah mintanya akad. Kan repot. Oke ini nyontek dari ig-nya Wulan, gue bingung kalimat pembukanya. Intinya hari ini, gue mau bahas tentang jajanan alternatif yang kadang jadi nomer satu setelah wartengnya Ibu Suci. Sebelumnya, gue mau ucapkan terima kasih kepada teman-teman blogger, khususnya teman-teman di grup WIDY. Karena kalian sudah memancing gue untuk menulis lagi. Gue mengamati, -bohong amat, jarang bw juga lu, Dar- keseruan menulis di blog tidak ada hentinya. Malah makin ramai. Mungkin sebenarnya passion gue bukan di dunia tulis-menulis. Namun setidaknya, gue mau belajar menulis seperti kalian. Menulis itu seru, tidak akan membuat suaramu padam dibawa angin dan akan abadi sampai jauh di kemudian hari.

Kembali lagi ke topik awal, jajanan alternatif gue kalau istirahat di kampus selain beli makan di warteg Ibu Suci, opsi lain adalah beli makanan yang satu ini. Menurut gue, ini jajanan sehat dan rendah lemak. Kalian tebak, ya. Kompisisi dari jajanan alternatif gue ini dalam satu piringnya terdiri dari ketupat, tahu, bihun, toge, dan kadang suka ada timun lalu mereka semua dicampur jadi satu dengan bumbu saus kacang. Terkahir tambahkan kecap, taburan bawang merah goreng dan kerupuk. Iya makanan ini mananya ketoprak.

Setelah kemarin gue googling, gue baru tau kalau ketoprak ini berasal dari derah Jawa Tengah. Dan pemberian nama pada makanan ini berasal dari seorang pemuda yang ingin membuat menu makanan baru, Dia mencoba mencampurkan ketupat, timun, toge, bihun, dan tahu ke dalam bumbu saus kacang. Setelah makan itu siap saji, pemuda tadi belum punya pada makanan tersebut. Akhirnya ketika piring makanan itu jatuh dan mengeluarkan bunyi ketuprak, pemuda itu memberikan nama ketoprak pada makanan buatanya.

Ada yang khas dari pedagang ketoprak, yaitu dari penjual dan gerobaknya. Penjual dari ketoprak biasanya adalah seorang bapak-bapak, yang gue tahu cowo nggak bisa ngulek. Tapi, beda dengan penjual ketoprak. Bapak-bapak penjual ketoprak ini bisa ngulek bumbu kacang. Karena penyajian saus kacangnya harus diulek dulu. Jadi, untuk makan ketoprak ini harus menunggu waktu sedikit.

Ciri khas yang kedua adalah dari gerobaknya. Gue kalau lihat gerobak penjual ketoprak itu seperti sebuah kapal. Dan di tengah-tengahnya ada sebuah kotak kecil yang digunakan untuk tempat menaruh bumbu kacang, cabe, dan bawang. Penutup kotak kecil itu pakai lap dapur atau kain. Jadi, karena kesannya yang terlihat magis, waktu kecil dulu, gue kira di dalam kotak kecil itu ada kurcaci yang menjaga gerobak kapal sebagai penglaris dagangan ketopraknya. Dan penjualnya menyembunyikan kurcaci itu dibalik tirai kotak kecil yang seperti rumah.

Lalu di bagian depan gerobak ada wajan tempat menaruh tahu. Kadang kalau tahunya habis, kang ketoprak harus menggorengnya tahunya dulu. Selain bentuknya yang mirip kapal, warna pada gerobaknya juga mempunyanyi warna yang khas. Setiap penjual ketoprak kebanyakan warna gerobaknya itu menggunakan warna merah dan biru atau merah dan hijau. Mungkin maksudnya memberi warna merah karena gerobaknya berani tampil beda.


A photo posted by Darma Kusumah (@kusumah_darma) on


Nah, kira-kira ada ciri khas apa lagi, nih, dari ketoprak?
Atau kalian punya makanan yang suka jadi pilihan utama di waktu istirahat?
Coba kasih tau gue makanan apa yang jadi kesukaan kalian.

Kamis, 04 Februari 2016

Butuh Teman Jalan Baru

Akhir-akhir ini, gue jadi punya kebiasaan jelek. Iya mau bagaimana lagi. Sejak hujan beberapa hari lalu menjamah Jakarta, gue selalu pulang dari kampus dalam keadaan basah. Tidak basah total, gue pulang kampus ataupun berangkat ke kampus harus tunggu hujan rada. Setelah hujan reda baru deh gue melanjutkan perjalanan. Jarak dari tempat tinggal gue, di asrama ke kampus tidak begitu jauh. Jadi, gue lebih sering jalan kaki dan naasnya teman perjalanan gue ini yang selalu jadi korban saat menemani setiap derap langkah ke dan dari kampus. Teman perjalanan gue ini berangkat bersih dan sampai kampus jadi kotor karena kena cipratan air sisa-sisa hujan. Belum lagi harus melewati genangan air di jalan yang tidak ada pijakan.

Semakin hari gue lihat teman perjalanan gue sudah mulai menua. Terlihat kurang untuk dipakai. Sampai akhirnya gue melakukan kebiasaan jelek itu. Gue pergi ke kampus kadang pakai sepatu orang lain. Hahahahahaha. Dan itu tanpa izin. Hahahahahaha. Kan, parah.

Oke ini dosa kenapa gue tertawa.

Gue pernah jadi korban yang sepatunya dipakai orang lain. Dan itu bikin gue kelimpungan yang tadinya mau pergi akhirnya harus menunggu dulu sampai sepatunya dibalikin sama yang minjam tanpa izin. Dan sekarang gue yang jadi pelakunya. Sory, ya, yang sepatunya gue pakai tanpa izin. Pinjam satu dua hari tak apa, kan. Hehehehe.

Sepatu ala abas
Teman jalan

 Iya mau bagaimana lagi, sepatu gue saat itu masih basah lembab gitu. Belum kering banget waktu itu, gue nggak mau kaos kaki jadi kebasahan air kenangan. Eh, air genangan, genangan air. Sepatu gue ini sudah terlihat prihatin. Alas kakinya sudah mulai tipis dan ada bagian berlubang di tumit kakinya. Jadi tiap jalan dengan sepatu gue selalu ada rembesan air yang masuk ke dalam sepatu dan akhirnya daleman sepatu beserta kaos kaki gue jadi basah.

Padahal sepatu gue lumayan keren bingit, sih, ala ala anak basket gitu. Besar, gagah, dan macho. Dan lumayan buat angkat gaya gue. Cuma sekarang sudah waktunya gue membeli sepatu baru. Karena sudah banyak bocor di sana sini. Kalau ada yang mau bayarin sepatu gue, silakan. Lumayan uangnya buat tambah-tambah gue beli sepatu baru.

Nah, karena gue orangnya nggak mau repot, gue mau coba online shop lihat lihat sepatu yang dijual online. Kabarnya dari teman-teman, situs online untuk keperluan belanja-belinji yang berbau sandang tempatnya di Zalora Indonesia. Bukan hanya karena brand ternama tapi, memang sudah cukup banyak yang rekomendasikan ke sana. Layanannya memuaskan dan selalu ada barang-barang terbaru yang trendy. Btw, gue tertarik sama tiga sepatu ini. Rasanya mau punya semuanya. Menurut kalian bagus yang mana, ya?

 
Zalora Sepatu
Pilih yang mana, ya?

Senin, 01 Februari 2016

Pria Pilihan Ibu

Tahun ini adalah genap lima tahun aku mengenalnya. Aku hingga saat ini tetap yakin dengan dia. Namun pagi itu, ibu mengenalkanku dengan pria pilihannya. Menceritakan senangnya ibu dengan pria pilihannya.

Bagaimana? Kamu mau, kan, dengan pria pilihan ibu?, tanya ibu.

Tidak, Bu, aku masih menunggu dia kembali, jawabku.

Kamu mau menunggu sampai kapan? Mau jadi perawan tua?, tanya ibu menyudutkanku.

Aku pergi ke kamar meninggalkan ibu. Memikirkan dengan matang tawarannya.

Nduk, cepat kemari, pria pilihan ibu datang!, teriak ibuku dari beranda rumah.

Lalu aku bersolek lebih cepat dari biasaya. Hanya make-up sekedarnya yang ku kenakan saat itu juga. Bergegas aku menghampiri ibu dan ayah.

Aku melihat ibu tersenyum dengan usil. Aku menangis haru biru penuh rindu.
Kulihat di luar rumah ada senyum yang tak asing. Senyum dia yang datang menjemputku. Dia datang lengkap dengan rombongan keluarga dan penghulunya.

Mereka adalah hadiah untukmu yang sudah setia menungguku, ucapnya dengan senyum kehangatan.