Surat Untuk Nona #4 |
Teruntuk Nona,
Nona, suratmu sudah aku terima. Terima kasih sudah mendukungku. Mungkin benar aku harus lebih tegar menghadapi masalahku. Toh memang benar masalah yang aku selesaikan akan bermuara untuk diriku sendiri, dan juga akan berimbas pada orang-orang di sekitarku, seperti orangtuaku. Aku mungkin memang lemah, belum terbiasa untuk membinasakan rintanganku. Baru dikritik sedikit oleh penguji tentang skripsiku, aku sudah langsung kelemar-kelemer. Seakan tidak bergairah untuk hidup.
Sejak sidang itu, skripsiku dan masalah lainnya tidak aku sentuh lagi. Sedikitpun tidak. Aku hanya bisa meratapi hidup & mandi di bawah siraman shower kamar mandiku. Sudah banyak yang aku abaikan. Diriku sendiri, blogku, bukuku, lemari bajuku, pelajaran di asaramaku, dll. Rasanya aku benar-benar ingin bebas dari itu semua. Tapi aku sadar, bahwa berlari tidak akan menyelesaikan masalahku. Ia hanya akan menunda masalahku untuk diselesaikan dan akan datang kembali untuk menagih.
Benar nona, aku harus bisa menjadi seorang yang tegar. Bukan dijalan yang gampang tapi di jalan yang penuh desakan, tantangan, dan kesukaran. Terkadang aku iri melihat teman-temanku yang sudah rampung menyelesaikan penelitiannya. Tapi aku harus berusaha sanggup berdiri tegak di tengah badai, dan belajar mengasihi mereka yang berhasil
Nona, kau tahu dibalik pria yang kuat ada wanita yang hebat. Seperti Presiden Amerika Barrack Obama, dalam pidato pengangkatan dirinya sebagai Presiden, menyebutkan sosok yang membuatnya menjadi pria seperti sekarang ini adalah istrinya Michele. Dan di Indonesia pun demikian, Presiden Seokarno dengan Ibu Fatmawati-nya, Presiden SBY dengan Ibu Ani Yudhoyono-nya. Wanita-wanita itu memiliki peran penting dalam kesuksesan suami mereka.
Aku berterima kasih sekali untuk nona yang sudah menyemangatiku kembali. Dan terima kasih juga sudah mengingatkanku untuk berpegang teguh kepada Tuhan sebagai sumber pengusir kesedihan dan kepelikanku. Mungkin ketidakberuntunganku sebab aku telah mengabaikan Tuhan. Dan lupa untuk mengembalikan semua usahaku kepada Tuhan. Untuk kesekian kali aku harus tegar, bangkit, dan mencoba kembali menyusun jejak-jejak kesuksesanku.
Nona, aku janji akan segera datang. Sekembalinya aku, kita nikmati lagi senja yang sama. Aku akan berusaha menyelesaikan rintangan ini lebih dari kemampuanku. Nona, kamu jangan lupa bantu aku dalam sunyi di doamu. Karena doa itu spirit yang nyata untukku.
Nona, akhir kata aku mau bilang. Aku lalala sama nona :p
Salam Kasih
Pelajar Biasa. []
Apaan tuh lalala? Ngga jelas amat. Hahah.. :D
BalasHapushmm.. kepo ya...
HapusIni kenapa ane malah bayangin kalau surat ini kayak di buat di jaman penjajahan. Bahasanya jadul, sama penggunaan konsep surat surat, buat makin classic. Seru deh.
BalasHapus"Bahasanya jadul"
HapusWaduh... gue harus seneng atau gimana nih.. :-x
tapi terima kasih ya.. hehehehe
smoga nonanya baca yaa
BalasHapuseh... si nona komen :p
Hapus