Minggu, 09 Agustus 2015

ONE

Beberapa hari lalu sepulang dari kampus, gue bertemu anak-anak berseragam. Mereka mengenakan baju putih, berkerah lengan pendek dan celana panjang biru donker. Ada yang lengkap dengan atribut kain panjang yang melilit di balik kerah bajunya, sisa kainnya itu dibiarkan menggantung panjang di depan dada dan perut mereka. Namun, ada juga yang tidak memakai kain itu, dan membiarkan bajunya keluar dari celanannya. Sepintas gue menilai kalau itu tidak tertata dengan baik. Tapi sudahlah, sepertinya gue tidak boleh menilainya terlalu cepat. Sebab gue juga pernah seperti itu.

Iya, mereka ini adalah anak-anak SMP. Mereka lagi nongkrong-nongkrong di depan warteg. Warteg yang pernah gue tongkrongin semasa SMP, dulu. Sepertinya mereka baru saja pulang dari sekolah. Gue tahu karena, saat itu matahari sudah mulai sedikit merubah cahaya emasnya.

Secara fisik, beberapa dari mereka ada yang sepantar dengan gue. Bahkan ada yang lebih tinggi dan berisi dibanding gue. Mungkin, kalau gue didandanin memakai baju seperti mereka, gue pasti masih cocok kumpul bareng mereka. Selain itu ada juga yang mengepulkan asap dari mulutnya. Di antara jari kiri telunjuk dan tengahnya terselip benda putih sepanjang 100 mm. Dan diujung benda putih itu terlihat bercahaya. Cahaya yang terlihat seperti bara.

Mereka seperti akrab dengan benda putih itu. Beberapa dari mereka, ada juga yang duduk di atas bebek bermesin beroda dua. Mereka terlihat seperti orang-orang yang bebas dari beban hidup. Terlihat dari penampilannya, mulai dari gaya rambut yang stylish, pakaiannya yang tidak tertata rapi, dan beberapa atribut yang ada di jari serta lengan mereka. Mereka seakan lupa dengan statusnya saat ini.

Gegara melihat mereka, gue jadi ingat masa-masa gue sewaktu SMP, dulu. Tidak jauh berbeda dengan mereka. Sewaktu SMP gue juga sudah kenal dengan rokok, pakaian tidak rapi, motor, dan wanita. Tapi bedanya, gue menjadi pemeran pasif dari keempat hal tersebut. Ok. Gue mau membahas sedikit masa-masa SMP. Cekidot:

Pertama masuk SMP. Sewaktu gue kelas satu gue mulai kenal yang namanya wanita cantik dan pria tampan. Beruntung gue masuk kelas 73, di kelas ini cukup banyak cewek cantiknya. Apalagi sewaktu MOS. Kelas gue dibimbing oleh kakak kelas. Namanya Kak Ayu, Kak Aksa, dan Kak Firda. Gue lihat mereka seperti model, mereka terlihat tinggi di mata gue. Mungkin karena gue yang pendek. Kak Ayu dan Kak Firda mereka cantik-cantik, kulitnya putih dengan rambutnya melewati bahu. Terkadang rambutnya dikuncir seperti buntut kuda. Anggun. Lalu Kak Aksa, hampir semua OSIS di SMP dan adik-adik kelasnya pasti kenal dengan dia. Dia terlihat tampan dengan rambutnya yang cukup panjang dan bergaya belah pinggir, doi juga jago main basket.

Selain dari Kakak-kakak kelas yang kece-kece, di kelas gue juga ada cewe cantiknya. Yang gue ingat ada Nesti Nur Jaillah, dan Rosa Felani T. Sebenarnya ada beberapa lagi. Tapi, yang gue ingat cuma mereka berdua. Mau lihat buku tahunan SMP, udah nggak tahu itu buku ke mana.

Yang khas dari gue sewaktu kelas satu di SMP. Pas jam istirahat pertama tiba, gue selalu pergi ke perpustakaan. Iya, waktu itu gue belum punya teman, dan tidak begitu akrab dengan orang-orang. Menghabiskan waktu istirahat dengan tidur-tidur di sana. Karena di perpus itu adem banget, sudah ada AC di sana. Kalau pun tidak ke perpus gue makan bento yang gue bawa. Maklum uang jajan gue sedikit.

Lanjut ke kelas dua. Di kelas dua ini gue masuk ke kelas 86. Mulai kenal yang namanya nakal. Kelas 86 ini di kenal sebagai kelas badung. Ada tiga kelas 8, yang dikenal sebagai kelas badung, yaitu: kelas 86, 87, 88. Iya, karena di tiga kelas itu isinya ada anak-anak basis tempur SMP. SizTurn. Gue sekelas dengan Pandu, Theo, Rizal, dan beberapa lainnya. Kelakuan kita di kelas, kalau tidak ada guru atau jam kosong pasti waktu kosong itu di pake untuk main Smack Down, kuda tomprok, dan kadang godain Risma atau cewe lainnya di kelas 84. Tapi, yang lebih sering kalau jam kosong tiba, pasti cabut ke kantin. Borong semua jajanan yang ada di sana. Di kantin Ayu.

Kelas 86 itu kelas yang 'makmur' banget. Kelas ini jauh dari pantauan guru piket dan ruang guru. Sekolah SMP gue itu bentuk bagunannya seperti leter P. Ruang guru ada di paling pojok atas sebelah kanan dan kelas 86 itu ada di kaki huruf P, paling bawah pojok sebelah kiri. Karena 'strategisnya' kelas gue, kesempatan ini tidak mau dibiarkan begitu saja. Kadang kalau ada jam kosong setelah istirahat kedua, kesempatan itu dipakai untuk cabut dan pulang ke rumah. Atau pulang ke warnet, atau memenuhi janji untuk tempur dengan sekolah lain.

Berikutnya kelas tiga. Akibat dari 'bebasnya' gue di kelas dua. Pas di kelas tiga, gue masuk ke kelas 98. Kata orang semakin jauh kelasnya, maka, itu kelas warning. Kelas 91 itu kelas unggulan, 92 cukup unggulan, dan semakin ke ujung, maka, itu kelas yang kurang. Dan Lagi-lagi gue sekelas dengan Pandu dan Theo, ditambah lagi dengan Bonge, Fajri, dan Hadi. Lengkap sudah. Karena warning-nya kelas gue ini, posisi kelasnya tepat di sebrang meja guru piket dan ruang guru. Dan wali kelas gue adalah Bu Eny, guru yang paling dikenal sebagai guru killer. Tapi, sebenarnya dia baik. Banyak mengajari hal tentang kerapihan dan kebersihan.

Karena ingin membuat bangga wali kelas, kebiasaan cabut dari sekolah sudah mulai di kurang-kurangi. Tapi, kebiasaan untuk cabut ke kantin masih tetap berlanjut. Kalau cabut dari kelas menuju kantin cukup gampang. Pertama awasi meja piket, kalau ternyata sudah kosong gue, Hadi, dan Fajri cabut lewat jalan belakang musalah. Atau kalau pun ada guru piketnya kita pergi ke WC musalah dan lanjut menyelinap ke kantin yang ada di belakang musalah.

Tapi, hal yang paling berkesan saat SMP, menurut gue adalah saat berangkat dan pulang bareng teman-teman. Biasaanya saat berangkat, gue sama teman-teman yang lain nongkrong dulu di ruko-ruko dekat Masjid Agung Al Jihad Ciputat. Pas waktu sudah pukul 06:30 atau selambatnya 06:45, salah seorang dari rombongan nongkrong ini mulai bergerak mencari angkot yang bisa dicarter. Biasanya yang nyari carteran itu Theo atau Omen. Gue yang ikut ini merasa puas banget. Karena, gue bayar dua ribu (biaya normal) atau seribu. Dan itu rombongan carter angkot dianterin sampai depan pintu gerbang sekolah. Kadang cartenya sampai dua angkot. Satu angkot biasanya penuh banget sampai isi 20 orang, ada yang duduk di alas angkot, duduk di jendela, dan ada yang gantung sampai 5 orang di pintu angkot.

Sewaktu pulangnya juga tidak kalah serunya. Tapi, karena gue sama teman-teman rumahnya beda, saat pulang kita tidak carter angkot. Kita lebih memilih untuk naik koantas bima, bus, atau Mayasari Bakti. Naik ini jauh lebih murah ongkosnya cuma 500 perak, dari Kampung Utan sampai belokan Masjid Agung, kalau temen-temen gue 500 sampai Ramayana. Karena kebanyakan rumah mereka di daerah-daerah komplek Kejaksaan dan komplek Brimob. Hampir rata-rata semua cowo yang angkatan gue pulang naik koantas bima, dan ada beberapa adik kelas. Kadang kita naik 510, 102 (sampai Mega Mall doang), Patas 76, dan Mayasari. Kelakuan gue sama temen-temen gue ini meniru dari kakak-kakak kelas dan dari anak SMA/SMK Triguna.

Hampir keseluruhan kelakuan gue sewaktu SMP itu seru banget, kecuali tawuran. Gue ingat temen SMP gue yang jadi korban tawuran. Dia nggak bisa ikut pelajaran selama hampir satu semester karena pendarahaan sewaktu gir motor membentur kepalanya. Dan bahkan ada yang meninggal.

Sudah, ya. Mungkin itu kilasan masa SMP gue. Maaf kalau pembuka, isi, dan penutupnya aneh. Satu lagi SMP gue ini dapat julukan dengan nama ONE (dibaca dengan bahasa Indonesia). SMP ini terkenal dengan segudang prestasinya. Itu sebabnya SMP gue ini dapat julukan ONE. Mungkin yang gue ceritakan ini hal negatif. Tapi SMP gue punya dua lemari etalase gede yang isinya full medali dan piala-piala gede.

Kalau kelakuan kalian sewaktu SMP, seperti apa? Silakan ceritakan di kolom komentar.

Terima kasih buat kalian yang sudah baca. See you~

40 komentar:

  1. Wuih.. Gir motor nancep di kepala. Keren. ._.v

    Serem amat, masih SMP udah main tawuran. Apa sih yang diributin? :|

    Okelah, lumayan seru masa SMP-nya. :))
    Hebat bisa inget sedetail itu. Aku mah apa. Inget apa, ya, di SMP... Nggg... Bentar aku inget-inget dulu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin ini efek main sama anak-anak SMA/SMK.
      Bahkan kadang kita bantuin anak SMA/SMK.

      Dan dulu isunya sebelum gue masuk SMP, SMP gue pernah tempur juga sama anak SMA/SMK Triguna yang di sana. Tempur di lapangan sepak bola depan sekolah.

      Yang direbutin, ya cuma nama eksis aja. Dan biar terlihat jantan.


      Ingat, nggak? kisah kasih kita semasa SMP, dulu? :p

      Hapus
    2. Wuihh. Jadi Darderdor dulu eksis dan jantan?

      Jantanan mana sama ayam jago?

      Ngg... Nggak ingat tuh. Yang mana, ya? :/

      Hapus
    3. Jelas dong, jantanan ayam jago.
      Makanya kita nggak pernah tempur sama ayam jago.
      Kita takut kalah sama ayam. Apalagi ayam cemani. Hitam, garang, dan sangar.


      Sudahlah, nggak usah diingat. Namanya juga kenangan. :p

      Hapus
    4. Huh. Cemen. Payah. Upay.

      Ahaha.

      Oh, jadi gamau diingat? Baiklah akan kulupakan. :p

      Hapus
    5. Emang lu berani sama ayam?
      Upay, apa?

      Hapus
  2. Kalo smp ane adem ayem banget gan. Karena gimana mau nongkrong dkk nya, pulangnya aja jam 5 sore dan berangkat jam 7-_-
    Hahaa tapi kalo zaman ane sempet ngerasain masa2 alay aja, kdg suka bolos juga sih buat ke main warnet (saat itu msh langka bet warnet), tp ga sering :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. SMPnya di hutan mana? enak, ya, adem gitu?
      Pulang jam 5? itu sekolah apa kerja?

      Iya. SMP juga dikenal sebagai masa alay.

      Hapus
  3. Wah seru ya masa smp nya, tp nilai2 nya bagus ga gan?

    BalasHapus
  4. SMPnya disebut ONE? Bang ONE yg di tipiwan dong? Haha.
    Kalo aku sih pas SMP lg jaman2nya alay, dari mulai foto, ampe tulisan dengan perpaduan antara huruf dan juga angka, sama huruf yg dobel2 yg bikin susah bacanya.. Tapi menurutku dulu tulisan kyak gitu keren banget loh XD haha Kalo skrg sih udah tobat, gak alay lagi (mudah2an sih)

    Kok nakal2nya pas msh SMP ya? Bkannya biasanya mulai nakal tuh pas SMA? Aku sndri mulai nakal pas SMA, bkan nakal yg gimana yaa.. Cuma kayak bolos sekolah, trs cabut jam pelajaran gtu.. Kalo pas SMP mah mana berani. Wkwk. Tp tmen SMPku sih yg cowo emg ada yg ikut tawuran, ya sama jg kayaknya karna maennya sama anak SMA/SMK gituu..

    Serem banget itu kena gir motor :( akhirnya pada kapok tawuran gak? Eh kak Darma jg pernah ngikut tawurannya juga gak? :o

    Emang sih mnurutku masa yg paling seru itu pas SMP, bkan masa SMA.
    Kayak naek angkot pas pulang sekolah tuh, dulu aku klo plg sklah nunggunya berame2.. Mana angkotnya lama.. Eh pas nyampe malah penuh :( Terpaksa deh kita dempet2an..

    Ohya btw, koantas tuh apaan kak??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi.
      Iya, gue juga pernah niru gaya tulisan seperti itu. Huruf dan angkat dipaduin jadi kata dan kalimat, udah kaya anak KIMIA.

      SMP salah gaul, mungkin. Kalau pas SMK (gue anak SMK) temen gue pada baik-baik.

      Tawuran itu masih berlanjut. Dan baru berhenti pas ada yang meninggal dan itu menjelang UAN bulan Ramadhan lagi.

      Sama enaknya, kok. SMP dan SMA itu.
      mau dong didempetin.

      koantas bima, itu kaya mini bus. Mirip kopaja, cuma itu warnanya kuning kalo di Jakarta.

      Kalau di Bekasi transportasi daratnya apa?

      Hapus
  5. pas di SMP gue termasuk yang sering banget di bully bang, bahkan orang kenal sama gue karena gue sering di katain.

    Gue dulu enggak sebadung elu deh, dulu gue anaknya adem bener. Paling setelat-telatnya gue pas ganti baju selepas olahraga sengaja gue lama2in soalnya abis OR itu pelajaran KIMIA, entahlah kenapa kedua matpel itu berada berimpitan

    Gue juga engak pernah punya hubungan yang baik sama temen2 SMP, gue cuman bayangan dulu mah

    BalasHapus
  6. Dibacanya one? orang nekat?

    Wih, Darma ternyata anak bandel. Jadi takut dilempar gir nih kepala gue. :(

    Kisah SMP gue ya, umm baca blog gue aja, ada sebagian yang menceritakan masa SMP.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi.
      Ada sejarah panjang, katanya.
      ONE 1826.

      Itu gir tamia, kok, Yog.

      Promosi, ya.

      Hapus
  7. wih ceritanya masuk SMP favorit gtu ya

    Itu apa kabar temen temen SMP lu yang cantik dar? bisa kali nih kontaknya di bagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi. Tapi, ini sekedar mengabadikan moment kecil yang gue ingat semasa SMP.

      Cari aj di sosial media. Itu nama asli, kok.

      Hapus
  8. Ckckccckc... Ternyata lu bandel ya Dar semasa SMP.
    cckkckcc. :D
    maklum, semasa SMP kebanyakan semua murid lagi mengalami masa2 puber yg alay lebay. Jadi semua hal yg dilakuin temen, pasti kita ikutin. Gak peduli itu hal yg baik atau yg buruk. Ye gak?

    Pas semasa SMP gue baik loh. Alim. Hahaa
    Gue justru pas SMK mulai bandel, itu juga pas kelas 1 SMK. Hahaa. abis itu langsung tobat gue -__-

    Dasar cowok, yg diingat cuma cewek2 cantik doang. Kalo gak cantik, trus gak diingat gitu? Huh

    Amppuuun Dar..
    Jangan lempar gue pake gir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut ikutan doang itu.

      Hah? Lu tobat? Memang habis berbuat apa?

      Mungkin itu sudah tabiat cowo. Maaf. :(

      Gue lempar jantung gue aja, buat lu.
      *karena lempar hati sudah mainstream

      Hapus
    2. Iya, sama aja itu Dar. -___-

      Habis berbuat anu. :(

      Memang mudah mengucapkan kata maaf. Tapi sulit untuk memaafkan. Huh

      Yaudah sini lempar jantung lu. Sekalian juga lempar ginjal, lambung, usus duabelas jari, paru-paru, semuanya deh

      Hapus
    3. Apa itu berbuat anu? Adek nggak tahu?

      Tolong jangan bawa bawa kenangan.

      Wah jeroan gue dibetak. Lu psikopat, ya?

      Hapus
    4. Entar kakak kasi tau ya dek. Kakak ajarin juga. tenang aja

      Cie yg susah move on ciee

      Ahahaaaa
      akhirnya lu tau juga siapa gue.
      Good job anak muda~

      Hapus
    5. Asyik diajarin. Terima kasih.

      Bukan susah move on.
      Sedih, soalnya gue nggak punya kenangan.


      Hmm. Jangankan jeroan lebih dari itu juga aa kasih.
      Ok. Anak tua.

      Hapus
    6. sama-sama nak..

      Hahaa miris amat. Masak gak punya kenangan sih.? Ahahahahaahaa
      Sama.

      Emang aa mau kasih apa ?

      kam to the vred

      Hapus
    7. Hah? Masa Raisa nggak punya kenangan?
      Kok sama, ya?

      Jangan jangan kita...


      Yaudin. Mari merajut kenangan bersama. :p


      Hmm. Aa mau kasih gir, nih. :p

      Hapus
  9. kalau semasa pada SMP gue yaa, kelas gue itu adalah kelas yang paling bandel, kelas yang bikin guru marah, kesel, kecewa bahkan juga ada yang ampe nangis gurunya, tragis banget yaa kelas gue... gue diem di kelas B.

    sebenernya, itu kelakuan dari para cowok, cowok-cowok dikelas gue itu cowok yang paling jail, paling ngeselin....

    cerita yang pernah gue denger itu, katanya kelas B itu emang dulunya terkenal bandel dengan anak-anaknya, jadi bisa dibilang turun temurun :D

    kelas B, cocoknya sama kelas C, kelas c juga sama bandelnya kayak kelas B, cuman yang paling parah itu kelas B, anak-anak cwenya sih pada baik-baik tapi anak cowo-cowoknya tuh yang paling bikin kesel.. jadi kelas gue di cap sebagai kelas yang paling nakal dan suka bikin kesel guru...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pernah juga bikin gue ngambek nggak masuk kelas. Hampir satu semester nggak ngajar.

      Mungkin lu ketahuan bandel di luar. Jadi, di masukin ke kelas B. :p

      Gpp bikin kecewa guru. Asal jangan bikin kecewa hati eyke.

      Hapus
  10. kalo buku tahunan nya ilang bisa diliat di FB kali mas he he sapa tau mereka pada eksis jd tali silaturahmi tetep terjaga

    BalasHapus
  11. panggilannya ONE? ONE apa nih dar? ONE PIECE wkwk...

    ehmm cerita SMP gue pernah tuh di hukum sama guru kiler bgt guru mtk dia karena dulu mtk gue emang ancur bgt disuruh ngerjain soal di papan tulis gak bisa yaudah disuruh berdiri 2 jam di depan tiang bendera kan enak ya gak ikut pelajaran dia *sesat* wkwk ampe tiap pelajaran guru kiler itu gue gak pernah masuk alhasil rapot gue tambah jeblok nilainya, mulai dari situ gue gak mau bolos sekolah lg huhuhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. dibacanya ONE, bukan wan.

      Kalo kelasan gue pernah bikin guru MTK ngambek. Dan nggak mau masuk kelas lagi. :(

      Bolos memang enak sesaat. Tapi, akibatnya.. :(
      Merugikan. :(

      Hapus
  12. ternyata darma smp brutal ya. sok''an mengenal rokok, wanita dan segala macem lah. udah kyak mafia ae lau.

    tapi gue seumur'' sih ga pernah gitu sih ya. ya gue di pondok pesantren. mau tawuran lemparan peci juga ga bakalan sakit. ga ada gregetnya. tapi berkesan banget ya cerita lu pas smp. udah gtu sering sekelas sama pentolan'' smp lagi.

    klo skrang gue liat anak smp yg bertingkah laku kayak jagoan gtu, kadang suka ga habis pikir. inih anak kenapa songong banget ya, nggak sadar dia kalo dulunya juga mantan preman pondok yang sekarang ini sudah tobat. pengen gue toyor sih kepalanya, tapi kalo temen se gangnya noyor gue balik, ya serem juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggak kok, bang. Itu masih tahap kenal saja. Belom mencoba. (jangan sampe)

      Gue juga heran kenapa satu kelas sama pentolan-pentolan itu.

      Lihat anak SMP sekarang kadang cuma bisa senyum-senyum campur kesel.

      Hapus
  13. Gue zaman smp ga ada kengan'a
    Pas kemaren keteu temen SMP aja gtau siapa nama yang nyapa gue

    BalasHapus
  14. Darma bandel ya pake cabut2an. Darma udh pernah cabut tali yg ujung talinya dapat hadiah gtu ga ._.

    Gue waktu smp gratis,ga bayar waktu berangkat + pulang. Soalnya sekolahnya dekat cuman jalan kaki doang.

    Kalau disekolah gue sih kelasnya campur. Gaada paling belakang paling bandel. Soalnya tiap kelas ada aja yg bandel pake banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mainan tali itu, mah, mainan sewaktu gue SD. Dan anehnya gue nggak pernah menang.
      Hmm. jangankan tali itu. SMP, Tali beha juga kadang gue tarik.

      Sekolah deket enak dong. Makan siang langsung pulang ke rumah. kaya temen gue.

      Iya, sih, tiap kelas memang selalu ada anak yang bandel.

      Hapus
  15. Waktu SMP, kelas gue terkenal kelas yang isinya anak-anak badung. Sering bikin guru nangis dan ngambek sampe berminggu gak mau masuk kelas. Tapi kelas gue unggulan dan nilai anak-anaknya tetep keren, gimana tuh? Eh, ini bukan pamer bhahahaha

    Btw, gue pernah kejebak di tengah tawaran pas zaman SMA, rasanya kayak mau gegulingan ke jalan raya. Pasrah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm. Sombong, nih.
      pernah denger azab blogger sombong?

      Tapi, bagus lah. Gue jadi inget pesan wali kelas sembilan "kalian boleh nakal dan bandel. Tapi, nilai kalian harus bagus. Biar ada yang dibanggakan. Jangan nakalnya doang."

      Kalo kejebak lagi, pasrah dan sering-sering nyebut. Biar sahid.

      Hapus
  16. cerita smp nya panjang ameet .. sampai yang diingat cewecewe keren tercantik juga .. hahaha kalau saya ceritain smp juga bisabisa komentarnya kaya postingan saking panjangnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. Masih ada beberapa yang bisa diingat sebenarnya.

      Iya, gpp. Bikin postingan lagi dikomentar ini juga gpp. Itu juga kalo nggak cape ngetiknya. :p

      Hapus