Senin, 22 Juni 2015

Terbawa Perasaan

“Selamat ulang tahun, Zaky. Kamu merem dong, aku mau kasih hadiah buat kamu.” ucap Hayati.

Tanpa ragu aku menuruti permintaan Hayati. Dalam pejaman mataku aku masih bisa melihat paras cantik wajahnya. Aku tahu ini hanya ilusi dari otakku. Namun sepeti nyata, aku hafal sekali detail dan lengkung wajahnya. Bayang wajah ini, memang dia. Hayati.

Hayati Nur Jamilah. Gadis berdarah Minang dan Sunda ini sudah lamaku kenal sejak tiga tahun lalu. Gadis yang sudah lama memenangkan hatiku saat pertama kali aku mengenalnya. Wajahnya yang bulat oriental terlihat sempurna di mataku. Ada yang khas pada wajahnya. Tahi lalatnya. Entah kenapa aku suka dengan tahi lalat yang ada didekat alis kirinya. Dia terlihat manis dan seksi, terutama dibagian bibirnya yang merah merekah. Sepertinya aku bisa merasakan manisnya strawberry saat melihat bibirnya.

“Kamu mau kasih hadiah apa sih, Ti?” tanyaku penasaran.
“Mmmuuuaaaacchh”

Sebuah kecupan mendarat di pipiku. Aku mendapatkan kecupan nikmat di pipi kanan dan kiriku darinya. Inikah hadiahnya untukku. Sontak mataku langsung terbuka, wajahku memerah. Sesaat aku merasakan jantungku berhenti berdetak. Darahku mengalir deras memenuhi isi kepala.

“Ih kamu, apa apaan sih? Ini kan tempat umum, bikin malu saja.” ucapku sedikit malu.
“Hahahah... Selamat ulang tahun ya, kesayanganku. Harusnya kamu lihat kaca, Ky. Wajahmu memerah bagaikan tomat.” ucap Hayati dengan tawanya yang lepas.
“Sepertinya ada yang kurang dari hadiahmu, Ti” ucapku penuh harapan.
“apa?” tanya Hayati.

Aku pun menunjuk bibirku dan menggerak-gerakkan alisku. Dalam bantinku, aku benar-benar berharap dia mendaratkan lagi kecupan nikmatnya di atas bibirku.

“Nih!!”

Hayati menodongkan kepalan tangannya di depan wajahku.

“Hahaha... Habis kamu bikin aku mupeng saja.” jawabku.
“Hahahha.. itukan hadiah special dari aku, Ky. Sudah yuk kita pulang. Makanan ini kamu yang bayar, kan?”
“Iya, aku yang bayar. Thanks ya, hadiahnya sesuatu banget” ucapku sedikit tersipu.

Malam pukul 21:00 sepulang dari warung makan Nasi Uduk Ok, aku tidak langsung tidur. Sejenak aku rebahan di sofa ruang tamu. Melepas lelah yang sejak tadi hinggap di punggungku. Tapi kalau di ingat-ingat kejadian hari ini, kecupan nikmat itu sepertinya sudah membayar semua lelahku. Lelah di tubuhku mendadak sirnah saat aku membanyangkan dua kecupan di pipiku sore ini. Aku pun menyentuh dan meraba kedua pipiku dengan lembut.

“Iya, ini memang strawberry.” ucapku setelah menyentuh pipiku dan menjilat jariku.

Lagi, perasaanku dibuat melayang oleh sikapnya. Hadiah ulang tahunku kali ini benar-benar spesial. Hingga saat ini degup jantungku masih berdebar dibuatnya. Zaky Jamiluddin dan Hayati Nur Jamilah. Sedikit berdesir dalam hatiku, mungkin aku dan dirinya memanglah jodoh. Sebab namaku dan namanya memiliki kesamaan. Sama-sama memiliki unsur nama Jamil. Akupun mulai senyum-senyum sendiri, seperti baru melihat adegan lucu dalam film Sponge Bob. Akhirnya aku putuskan untuk mengatakan cinta padanya, besok.

Sudah tiga tahun aku bersamanya, sepertinya aku sudah cukup banyak mengenal dirinya. Aku pun terbangun dari rebahan santaiku. Berbegas pindah menuju kamarku dilantai dua. Ganti baju dan bersiap untuk tidur sambil membanyangkan peristiwa indah sore ini.

Sabtu pagi pukul 09:00, aku sedang asyik menggosok baju. Baju yang aku persiapkan untuk malam nanti bertemu dengan Hayati. Ngapel ke rumahnya dan menyatakan cintaku padanya. Sambil menggosok aku pun membayangkan bagaimana caranya “menembak” dirinya? Tiba-tiba aku dikagetkan dengan handphone-ku yang berdering. Ternyata itu sebuah SMS dari Hayati.

“Zaky, sore ini kamu bisa ke rumahku tidak? Aku mau tanya tugas IPA minggu lalu, sekalian kita belajar bareng. Mumpung malam minggu, nih. Heheheh.... :)”
“Iya, aku pasti datang.” jawabku singkat dalam SMS.
“Thanks, Zaky~ di tunggu, ya!”

Sore pun datang. Sepertinya motorku ngadat, si jagur tidak mau menyala. Aku coba cek beberapa bagian motorku. Tidak ada masalah, hanya saja busi motorku memang sudah terlihat kotor. Aku memutuskan pergi ke rumah Hayati dengan menaiki kereta. Rumahku dengan Hayati cukup jauh. Aku di Pasar Minggu, dia di Bogor.

Aku pun siap untuk pergi ke rumahnya mengenakan baju polo biru muda, lengkap dengan wewangian, dan tas selempang yang membalut tubuhku. Selama perjalanan, dalam gerbong kereta aku terus memikirkan cara untuk “menembak” Hayati.

Sudahlah, sepertinya aku mengatakan cintaku dengan cara biasa saja. Lagi pula aku lupa membawa benda seperti bunga, coklat ataupun perhiasan 24 karat. Aku putuskan untuk mengatakan cintaku saat tiba di stasiun Bogor nanti.

Setibanya di stasiun Bogor, aku langsung menelphone Hayati. Memintanya untuk menjemput diriku, 20 menit sudah aku menunggu. Dari kejauhan aku melihat gadis seorang melambaikan tangan ke arahku. Gadis berbaju pink dan ber-cardigan abu itu datang menghampiriku.

“Duh.. Maaf Zaky. Lama, ya?” tanya Hayati
“Lumayan.” jawabku sekenannya.
“Yasudah, yuk! Kita ke rumahku.” ajak Hayati.
“Tunggu, Ti. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” kataku pada Hayati
“Ngomong apa? Wajahmu kok terlihat tegang” kata Hayati.

Sejenak aku memang merasa tegang. Mematung dihadapannya seperti manekin di dalam lemari kaca. Aku mulai mencoba mengatur nafasku. Mulai mencoba menggerakkan tanganku dan memengang kedua bahu Hayati. Mata kita pun saling beradu, ku pandangi matanya dalam-dalam. Bibirku mulai bergerak melontarkan beberapa kata yang sejak tadi tertahan di kerongkonganku. Aku menyatakan cintaku padanya. Dan “menembak” dirinya untuk jadi pacarku. Sejenak seperti ada jeda beberapa saat. Hening. Tidak ada jawaban dari Hayati, ku lihat hanya wajahnya yang memerah.

“Jadi apa jawabanmu, Ti” tanyaku untuk memastikan.
“Aku juga suka sama kamu, tapi aku lebih nyaman kita jadi teman dan sahabatan saja.Aku hanya takut hubungan kita rusak karena pertengkatan kecil saat pacaran nanti.” jawab Hayati panjang, menjelaskan beberapa alasannya.

Aku masih merasa sedikit kecewa akan jawaban Hayati, dia belum mau menerima aku tuk jadi pacarnya. Dengan alasan-alasan yang dijelaskan Hayati mungkin dia memang lebih nyaman menganggapku sebagai sahabatnya saja. Tapi tidak denganku. Sudahlah, mungkin aku terlalu baper. Setiap kedekatanku dengannya aku mungkin aku terlalu bawa parasaan. Untuk saat ini aku coba tuk tetap menikmati statusku dengannya sebagai sahabat. Beberapa saat kemudian Hayati mengajakku ke rumahnya. Sekelibat aku melihat senyum di wajahnya, sebelum ia manarik tangan kananku.

“Hmm.. Kamu jadi kan kerumahku? Aku juga mau kenalin orang tuaku ke kamu.” ucap Hayati.

Aku hanya menjawab ajakan Hayati dengan anggukan.

Tamat. []
***
Terima kasih untuk kalian yang sudah baca sampai habis. Ini hanya fiksi, jika ada kesamaan mungkin itu hanya kebetulan. See you ~

44 komentar:

  1. ya ampuun, kirain saya beneran :) ternyata cuman fiksi doang ..
    hmm -_-

    BalasHapus
  2. Pasti sakit yah mas ditolak cewe
    (((FriendZone)))
    ((FriendZone))
    (FriendZone)
    FriendZone

    BalasHapus
    Balasan
    1. kurang tahu deh.. soalnya yaang ditolak bukan gue. :p

      Hapus
  3. semangat mas, mungkin masa ada wanita lain
    karna tidak ada fiksi yang bener-bener fiksi kan ya? HAHA

    BalasHapus
  4. ngena banget nih cerita fiksinya bagus

    BalasHapus
  5. Mupeng banget, njirr...haha!

    BalasHapus
  6. ah gilak, kerenn banget ceritanya.. kirain endingnya bakal bahagia tenteram damai dan sentosa.
    Eeh taunya di friendzone. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. sakit yah mba kalo masuk Zone :D

      Hapus
    2. sakit sih nggak, cuma nyesek aja, nona-nona. :p

      Hapus
  7. sabar yaa buat yang friendzone hahahaha *ketawa jahat* hihihi *peace :)

    BalasHapus
  8. Untung cuman fiksi. Coba kalau nyata, nyesss banget pasti rasanya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan cuma nyess.. tapi nyut-nyutan juga. Luar dalam lagi.

      Hapus
  9. yah elah cuman fiksi hahahaha
    mampir balik ya jevonlevin.com

    BalasHapus
  10. baper-baper dahulu, susah move on kemudian :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahah... iya.
      lu malah promosi tag line buku lu, bang.

      Hapus
  11. Sepertinya ini bukan sekerdar cerita fiksi deh. ini pengalaman sendiri cuma latar sama nama tokoh'a dirubah :D

    BalasHapus
  12. Endingnya nyesek banget ternyata. Gue yakin ada yang baper setelah baca artikel ini bwhaha.

    BalasHapus
  13. Yaaah fiksi. Etapi itu endingnya dikenalin ke orang tua gitu? Bukannya diseriusin tuh anak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang tahu deh. Hayati memang penuh teka-teki, dan jago PHP. :)

      Hapus
  14. fiksi kah fiksi nih. jgn-jgn karena akhirnya begitu jadilah fiksi. hehehe
    tapi hati - hati ah jgn sun sembarang orang

    BalasHapus
  15. hehehe fiksi sekalinya jgn cium - cium kang ah. hehehe puasa.

    BalasHapus
  16. Ngambil namanya dri film kapal van der wijk ya, hayati? Kalo nama lengkapnya sih aku gatau. Hehee..

    Ehem.. Friendzone nih ceritanya :D
    Tp jujur, klo aku jd hayati, aku lebih memilih untuk jd sahabat aja ketimbang pacaran, krna kalo pacaran nanti pasti putus juga.. Kan sedih :( Eh tapi klo cowonya udh pnya pacar tambah sedih jg sih. Wkwk.. Hayati nolak gtu jg bkan brarti dia gak suka sama Zaky, pasti dia jg pnya prasaan yg sama kok *sok tau* Pokoknya jgn patah smangat klo di friendzone-in, siapatau dia jg pnya prsaan yg sama. Hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dari film itu.
      Memang urusan hati manusia tidak ada yang tahu. Mungkin Hayati juga suka dengan Zaky, cuma dia kayanya maunya langsung ke pelaminan kali, ya. :)

      Hapus
  17. Hmm, kisah asli yang dijadiin fiksi, ya?

    Masih ada yang salah tuh dalam ucapan langsung. Kapan-kapan minta ajarin Tiwi nulis. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fiksi doang, Yog. Gue maa berani nembak cewek.

      Ok. Lu aja dah yang ngajarin gue.

      Hapus
  18. Kasian.. Sini aku pukpuk dulu :P

    BalasHapus
  19. ujung-ujungnya apa? friendzone. sudahlah.

    BalasHapus