Untuk nona yang songong.
Hai nona, aku sudah menerima suratmu. Lagi, kau membuatku tersenyum saat menerima suratmu. Aku sempat tertawa kecil saat kau menyamakan diriku seperti makhluk laut. Memangnya, apakah wajahku ini terlihat ketus dan kecut, seperti Squidward? Heheheh. Tenang saja aku tidak marah. Semoga itu panggilan yang baik.
Maaf, non, untuk surat kali ini aku menambahkan title songong untukmu dipembuka surat. Aku hanya binggung saja untuk menambahkan title untukmu. Semoga surat ini tidak ditafsirkan sebagai surat balas dendam. Sudahlah. Lupakan nama dan title itu. Apalah arti sebuah nama.
Hmm. Kabarku baik. Alhamdulillah. Tapi, beberapa pekan ini aku seperti jenuh. Jenuh dengan tulis menulis. Entah apa yang membebani dan memberatkan kepalaku. Seakan aku tidak bisa menggunakan kepalaku. Sepertinya aku butuh vitamin. Bahan bacaan, misalnya.
Nona, bagaimana kabar kuliah semester pendekmu? Semoga sukses dan lancar, ya.
Oh, iya. Di surat balasanmu begitu banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang mungkin juga aku pun tidak bisa menjawabnya. Apakah aku harus menjawab semua pertanyaanmu? Semoga tidak. Dan ada beberapa pertanyaan itu yang menurutku lucu. Iya lucu, seperti kamu dan keluargamu. Hahahaah.
Yang jelas aku selalu percaya bahwa hidupku ini hanya untuk beribadah. Karena keyakinanku itu, kepalaku berkata, bahwa aku setidaknya harus bisa bermanfaat untuk diri sendiri, dan orang lain. Sebab dengan kebermanfaatanku itu, mungkin bisa menjadi nilai ibadah untukku, orang lain, dan Sang Pembalas. Walau kadang aku malu. Kadang aku masih melakukan dosa dan khilaf.
Nona, aku masih punya PR besar dari guruku. Beliau bilang “kejarlah matahari, sebab bayangan pasti akan mengikutimu. Tidak sebaliknya. Jika kau mengejar bayangan kau akan jauh dari matahari” Entah apa maksud guruku. Yang jelas mengejar matahari juga mungkin tidak kalah lelahnya dengan mengejar bayangan. Apalagi kalau tidak ada yang menemani. Mungkin terasa sulit.
Tapi, kemarin aku menemukan sedikit jawaban. Saat aku pulang, aku satu angkot dengan seorang wanita. Aku lihat wajah dan matanya, dia terlihat teduh. Sepertinya usiaku dengannya tidak tepaut jauh. Saat ku lihat dia, awalnya aku kira wanita itu gila. Dia terus saja menggerakkan bibirnya. Aku pikir dia butuh kecupan di bibir. Bibirnya mangap-mangap, komat-kamit seperti ikan cupang.
Aku mulai menurunkan pandanganku menuju bagian dadanya. Sudahlah lewatkan bagian dada. Aku menurunkan kembali pandanganku ke bagian tangan dan jarinya. Ibu jarinya berpindah-pindah gerak menempati gerat-gerat yang ada di jari-jari lainnya. Sepertinya aku tidak asing dengan gerakan jari itu. Iya, aku tahu gerakan ibu jari dan jari-jarinya itu. Akhirnya aku tahu jawaban dari gerak bibirnya. Ternyata dia mangap-mangap bukan minta kecupan. Tapi, ternyata sepanjang perjalanan dia bertasbih dan bertahmid.
Diriku langsung malu saat melihat itu. Aku seakan ditegur. Dialah wanita teduh yang mungkin bisa menemaniku untuk mengejar matahari. Aku harus mencari wanita seperti dia. Wanita teduh. Entah kapan aku bisa betemu dengannya lagi. Atau menemukan yang sejenis dengannya.
Nona, apakah kau punya kenalan wanita teduh seperti itu? Hahahaha. Tidak perlu dijawab. Mungkin, ini pertayaan ngacoku.
Nona, apakah kau punya kenalan wanita teduh seperti itu? Hahahaha. Tidak perlu dijawab. Mungkin, ini pertayaan ngacoku.
Hmm. Nona, mungkin sekian dulu suratku kali ini. Aku selalu bingung untuk membuat pembuka dan penutup surat. Oh, iya, non. Salam untuk keluargamu. Semoga kamu dan keluarga sehat selalu.
See you ~
Salam hangat
Seorang Hamba
Hahaaa dasar laki-laki. Ngeliat cewek, langsung mandang ke bagian dada nya.
BalasHapus-__-
OKEE GUE TAU SEKARANG SIAPA NONA ITU DAR.. AHHAAAHAA
GUE TAU !
Aku belajar dari Ari Laso.
Hapussentuhlah ia tepat dihatinya ~
hati itu deket deket dada, kan?
ssttt... Jangan berisik.
Nanti ketahuan yang lain.
Nah tuh kan, disentuh dar,, disentuh. Jangan dipandang doang. -_-
Hapusaha
ada syaratnya?
Oh iya disentuh, ya. bukan dipandang dong.
HapusSyaratnya apa?
Awas saja kalau ember.
hahaa.. noh langsung paham deh lu
HapusBuatkan saya seribu candi. simple.
Masyarakat. Seribu candi?
HapusAmpun Raisa Jonggrang.
Ini aku kasih buku catatan dari Putra plus siomay dan gir tamiya punyaku.
hahaaa
Hapuskenape bawa bawa catatan putra? -_-'
ooohhh kamu mau nyogok saya ya? kamu kira dgn kamu memberi catatan putra,siomay dan gir tamiya, aku mau menutup rahasia mu?
HUUAHAAHAA
TIDAK SEMUDAH ITU GAES!
Siapa tahu catatan Putra dan plus plus lain bisa menutupi seribu candi yang lu pinta.
HapusHah? Nyodok? Nyodok apa?
Eh. sogok, ya, maksudnya.
Nggak nyogok, kok.
Abis itu syaratnya. Masa bikin seribu candi.
kenapa nggak sekalian bikin rumah saja.
Rumahtangga kita.
Enggak. Enggak akan bisa wahai anak muda.
HapusNYODOK ANU!
Nyogok maksud gueh. -_-
Bikin candi dulu, baru rumahtangga kita.
gimana?
Kenapa tidak bisa, anak tua?
HapusItu tawaran lebih baik dari seribu candi, bukan?
Hmm. Seribu candi, ya?
Ngasih syarat apa mau ngebunuh gue?
Lemparkan saja girmu ke kepalaku.
Tidak ada apaun yang bisa menggantikan syarat untk membangun seribu candi. Huahaaa
HapusIyaa itu cara gue secara perlahan2 untuk membunuh eluu. Wkakaa
*Buru-buru bikin 1 candi. Terus jedotin kepala gue sendiri ke candi yang udah gue bikin. Dan akhirnya gue jadi arwah penasaran
Hapusudah surat ke-7 nih, makin penasaran saja nona itu siapa?
BalasHapusCieee, Darma. Siapa tuh nonanya?
BalasHapusHmm. Siapa, ya?
HapusSiapapun boleh. :p
btw ini surat udah episode yg keberapa ya? rajin bener balas-balasan surat bang:D
BalasHapusawalnya bacanya serius, tapi pasti ada part2 yang bikin ngakak, dadanya! hahaha
Episode tujuh. Itu ada tandanya.
HapusHei hei hei. Ini memang surat serius. Cuma nggak sampai tahap sakral. :p
Wuih si Wulan udah tahu aja siapa nonanya. Gue belum. :))
BalasHapusCari doong yang adem adem gitu dar. Hueheuheuehu.
Jangan ikut campur kau senpai.
HapusIya. Adem dan teduh gitu.
Sejenis peranakan pohon beringin yang dikasih pupuk ademsari.
Seadem dan seteduh itu hasilnya.
HUUAHAHAAAA
HapusBang Adi mau tau siapa?
Huahahaaa
Hei hei jangan gosip, ya.
HapusHAHAHAAA
HapusAzizah, kan? :))
HapusBukaaan bukan yog
Hapusyang benar itu Aziz, ah kalian masa gitu.
HapusBener tuh kata Wulan. Bukan itu, Yog.
Azizi ?
HapusAda yg manggil Azizah.. hmm pantas aja beberapa hari ini kentut gajelas
HapusEehhh.. kok ini udh nyampe 7 ajasih?? Ah gak afdhol klo blm baca dri yg pertama. Jd yg ini blm aku baca. wkwk. Otw baca dri 1 dlu yak, baru ntar balik lg komen. wakakak :D
BalasHapusHahaha.
HapusRada nggaknyambuk kok suratnya.
Gue gak bakal ngejar matahari
BalasHapusSoalnya PANAS Dar PANAS
Tapi, lebih panas lagi kalo liat gebetan jalan sama orang lain. :(
Hapusselalu saja penasaran sama si nona itu siapa ya?
BalasHapusHahaha. Silakan tanya pada rumput yang sedang bergoyang dumang.
HapusAku kira nona itu pacar kamu ternyata bukan yaa, lah terus siapa dong? Apakah kalo aku baca surat ini dari awal aku bakal tau siapa si 'nona' itu? :)
BalasHapusHahaha bukan lah.
HapusSi nona sudah berumahtangga.
Kirim surat ke nona soalnya tuan mau cerita aj.
Silakan baca. Tapi, itu nggak akan nyambung-nyambung amat. Wkwkwk
Kapan-kapan gue mau nulis surat untuk nona juga, ah.
BalasHapusNanti isi suratnya, "Kenapa mau-maunya gitu surat-suratan sama si Darma?"
Masya Allah, di angkot dia selalu ingat Tuhan. Mungkin karena angkot suka ugal-ugalan. Terus dia mencoba untuk memberikan keselamatan untuk seluruh penumpang. Tuh, Dar. Contoh itu. Bukannya malah nonton film One Piece dari hape. Eh, ini mah gue.
Itu cewe teduh nyebut, mungkin, karena gue liatin dia.
HapusDikira gue mau merkosa kali. Bukan karena angkotnya ugal ugalan.
Jangan dikejar Dar mataharinya, kalo dekat langsung meleleh loh!
BalasHapusKalo melelehnya bersama nona, nggak apa, kok. :p
Hapus